GIAT BEKERJA DAN DISIPLIN
DALAM ISLAM
Islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar bekerja
keras, baik untuk kehidupan dunia maupun untuk mempersiapkan bekal bagi
kehidupan di akhirat. Karenanya Islam sangat membenci orang yang hidupnya menjadi beban orang lain dengan
jalan meminta- minta dan tidak mau bekerja keras.
Rasulullah SAW bersabda.
اِنَ
اللهَ يُحِبُ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِقَ
“Sesungguhnya
Allah sangat senang kepada orang mu’min yang bekerja.”
Di dalam hadits lain dikatakan: “Bukanlah orang yang
baik diantara kamu orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar
akhirat, atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia, sehingga dapat
memadukan keduanya. Karena kehidupan dunia akan mengantarkan kamu menuju
kehidupan akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban orang lain.”Juga
ditegaskan:
“Beramallah untuk duniamu seolah- olah kamu akan hidup selamanya, dan
beramallah untuk ahiratmu seolah- olah kamu akan mati besok”
Rasulullah SAW sangat
mencela orang- orang yang hanya tekun ibadah, duduk di masjid, shalat, dzikir
dan lain- lain dengan harapan agar kelak masuk surga. Tetapi mereka melupakan
akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-
tengah masyarakat. Lupa untuk memelihara dirinya, lupa akan tanggung jawabnya
mencari nafkah untuk anggota keluarganya dan lupa untuk berperan di dalam
masyarakat bersama- sama anggota masyarakat lainnya untuk membangun nusa dan
bangsa.
Pada masa Rasulullah
SAW ada seorang pemuda yang rajin beribadah dan selalu berada di dalam mesjid.
Sementara kebutuhan hidupnya menjadi beban orang tuanya. Ketika para sahabat
menyanjung anak muda itu di depan Nabi SAW karena tekunnya ibadah, maka Nabi
SAW bersabda: “Orang tuanya lebih baik daripada anak muda itu”. Sikap Nabi ini
menunjukkan, selain kita harus tekun beribadah kepada Allah SWT, juga tidak
boleh meninggalkan kewajiban kita terhadap diri kita dan sesama, yaitu dengan
jalan bekerja keras penuh disiplin.
Bekerja keras untuk
memperoleh keberuntungan yang diridhai Allah SWT itu harus dilandasi dengan
disiplin yang tinggi. Tanpa disiplin maka mustahil memperoleh keberhasilan dan
kemajuan yang diharapkan. Disiplin ini
sudah banyak dianjurkan dan diisyaratkan di dalam Islam terutama melalui
pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT. Mislanya hikmah yang terkandung dalam
pelaksanaan shalat dari mulai takbiratul ihram sampai salam, harus dilaksanakan
penuh disiplin. Demikian pula mengenai waktu- waktu pelaksanaannya, tidak boleh
dibolak- balik bahkan dilalaikan sekalipin. Ibadah puasa, haji dan lain- lain
adalah sebuah proses disiplin, untuk memperoleh kesempurnaan ibadah, yang
memberikan dampak positif terhadap proses disiplin dalam bekerja sehari- hari.
Pada ahir orde
pemerintahan Soeharto, ada satu program unggulan yang semestinya terus
dilanjutkan meskipun pemerintahan Orde Baru sudah tumbang, yaitu Gerakan
Disiplin Nasional (GDN). GDN ini bermula dari kenyataan semakin tertinggalnya
negara Indonesia dalam pembangunan dibanding negara- negara lain. Maka
dibentuklah sebuah team yang diketuai oleh Prof. DR. Ing. BJ. Habibie yang saat
itu sebagai Menristek, untuk mengadakan riset ke beberapa negara maju. Intinya
adalah untuk mencari jawaban dari pertanyaan: “Mengapa suatu negara bisa maju
?”Setelah dilakukan riset, jawabannya ternyata sangat sederhana : “Karena
disiplin”. Negara- negara maju ternyata
merupakan negara yang sangat disiplin, mempunyai etos kerja yang sangat tinggi.
Maka sejak saat itu dicanangkan tiga aspek disiplin yang dianggap sangat vital,
yaitu:
1.
Budaya kerja
2.
Budaya tertib
3.
Budaya bersih
Sangat disayangkan
Gerakan Disiplin Nasional sampai saat ini masih hanya sebatas wacana dan slogan
saja, sehingga menempatkan Indonesia berada pada urutan ke 114 (saat itu)
dalam hal disiplin. Padahal tetangga
kita Malaysia berada pada urutan ke 14 dan Singapur urutan ke 11. Hal ini
sangat ironis, karena negara Indonesia adalah negara yang paling banyak jumlah
umat Islam-nya dibandingkan dengan negara- negara lain. Mestinya Indonesia
menjadi negara yang paling disiplin di dunia, karena Islam sangat menganjurkan
agar umatnya bekerja keras untuk memperoleh keridhaan Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an ditegaskan:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Alam
Nasyrah: 7)
Budaya
kerja, budaya tertib dan budaya bersih, seharusnya menjadi bagian integral di
dalam kehidupan umat Islam. Semoga.
Drs.H.Djedjen
Zainuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar