Rabu, 20 November 2013

BANYAK MENANGIS SEDIKIT TERTAWA


Kajian Akhlaq;
BANYAK MENANGIS SEDIKIT TERTAWA

Maka Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? dan kamu mentertawakan dan
tidak menangis?sedang kamu melengahkan(nya)?(QS. An- Najm: 59- 61)
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa
yang selalu mereka kerjakan. (QS. At- Taubah: 82)


Ibnu Umar ra menceritakan: “ Pada suatu hari Nabi SAW keluar menuju masjid, orang- orang sedang berbincang- bincang dan tertawa terbahak- bahak. Kemudian Beliau berhenti dan mengucapkan salam kepada mereka, lalu bersabda”:
اَكْثِرُوْاذِكْرَهَاذِمِ اللَّذَّاتِ قُلْنِاوَمَاهَاذِمُ اللَّذَّاتِ قَالَ اَلْمَوْتُ ثُمَّ خَرَجَ بَعْدَذَلِكَ مَرَّةً اُخْرَى فَاِذًاقَوْمٌ يَضْحَكُوْنَ فَقَالَ اَمَاوَالَّذِى نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَااَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا ثُمَّ خَرَجَ اَيْضًا فَاِذًاقَوْمُ يَتَحَدَّثُوْنَ وَيَضْحَكُوْنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ ثُمَّ قَالَ اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًاوَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًاكَمَابَدَأَ فَطُوْبىَ لِلْغُرَبَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقِيْلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ الَّذِيْنَ اِذَافَسَدُواالنَّاسُ صَلَحُوْا
“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menghilangkan kelezatan” Kami bertanya: “Apa yang menghilangkan kelezatan itu ?” Beliau bersabda: “Mati” Kemudian beliau keluar dan di situ ada orang- orang yang sedang tertawa, lalu Beliau bersabda: “Ingatlah, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis.” Kemudian Beliau keluar lagi dan di situ ada orang yang sedang mengobrol dan tertawa, lalu Beliau mengucapkan salam kepada mereka dan bersabda: “Sesungguhnya Islam itu pada mulanya asing dan nanti akan kembali asing seperti semula, maka beruntunglah bagi orang- orang yang dianggap asing nanti pada hari kiamat.” Ada yang bertanya: “Siapakah orang- orang yang dianggap asing itu ?” Beliau bersabda: “Orang- orang yang apabila masyarakat berada dalam kerusakan, sementara dirinya berusaha untuk memperbaikinya.”
Yang dibolehkan agama itu adalah tersenyum bukan tertawa, bahkan tersenyum itu bias bernilai ibadah apabil diberikan kepada orang lain dalam rangka menggembirakan atau memberikan penghormatan kepadanya.
Hasan Al- Basri berkata: “Sungguh mengherankan bila seseorang itu masih bisa tertawa, padahal di belakangnya ada api neraka, dan sungguh mengherankan ada orang yang bersuka ria, padahal di belakangnya ada kematian.” Ada seorang pemuda yang sedang tertawa terbahak- bahak di depan Hasan Al- Basri, lalu ditanya: “Wahai anakku, apakah kamu sudah melewati titian yang berada di atas api neraka ?” Ia menjawab: “Belum”. Al- Basri berkata: “Lalu mengapa kamu tertawa terbahak- bahak ?” Setelah peristiwa itu, si pemuda tidak lagi tertawa berlebihan. Apa yang diucapkan oleh Hasan Al- Basri sangat terkesan dalam hatinya, sehingga ia langsung bertobat karenanya.
Abu Laits As- Samarqandi berkata: Setiap manusia seharusnya merasa sedih dengan lima hal:
1.      Merasa sedih terhadap dosa- dosa yang lampau, karena ia telah melakukan perbuatan- perbuatan dosa, tetapi tidak tahu apakah ia mendapat ampunan dari Allah SWT atau tidak; Oleh karenanya ia harus selalu berusaha untuk mendapatkan ampunan itu.
2.      Ia telah melakukan kebaikan- kebaikan, namun ia tidak tahu apakah kebaikan- kebaikan itu diterima atau tidak oleh Allah SWT
3.      Ia mengetahui perjalanan hidup yang sudah dilaluinya, namun ia tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari
4.      Ia mengetahui bahwa Allah menyediakan dua tempat balasan manusia, yaitu syurga dan neraka. Namun ia tidak mengetahui ke tempat yang mana ia akan dimasukkan
5.      Ia tidak mengetahui apakah Allah ridha kepadanya atau murka.

Siapa yang memikirkan lima hal di atas, pasti ia tidak akan tertawa berlebihan, dan siapa yang menghiraukannya, maka di akhirat nanti akan menghadapi lima kesulitan dan kesedihan, yaitu:

1.      Menyesal terhadap harta yang ditumpuknya yang ia tinggalkan untuk ahli warisnya
2.      Menyesal terhadap penundaan amal- amal kebaikan, dimana di dalam buku catatan amalnya ia melihat hanya sedikit amal kebaikannya, kemudian ia memohon izin untuk kembali ke dunia agar bisa mengerjakan amal baik,  namun tidak diizinkannya
3.      Menyesal terhadap dosa- dosa dimana di dalam buku catatan amalnya ia melihat banyak sekali dosanya, kemudian ia memohon izin untuk kembali ke dunia agar bisa bertobat,  namun tidak diizinkannya.
4.      Melihat begitu banyak orang yang menuntunnya, namun ia tidak bisa membayar, kecuali dengan amal- amal kebaikannya, sementaran ia pun tidak banyak mempunyai amal kebaikan.
5.      Mendapatkan Allah SWT murka kepadanya dan tidak ada jalan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda:

وَيْلٌ لِمَنْ يَكْذِبُ لِيَضْحَكَ بِهِ النَّاسُ وَيْلٌ لَهُ  وَيْلٌ لَهُ  وَيْلٌ لَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Celaka bagi orang yang berdusta agar dengan dustanya itu orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Nabi mengulanginya tiga kali
Al- Faqih berkata: “Jauhilah tertawa” dengan tertawa terbahak- bahak mengandung delapan keburukan/ bahaya:

1.      Para ulama dan orang- orang yang berakal sehat akan mencelamu
2.      Orang- orang yang bodoh akan menjadi berani kepadamu
3.      Jika kamu orang bodoh, maka kebodohanmu akan bertambah dan bila kamu orang pandai maka kepandaiannya akan berkurang
4.      Melupakan dosa- dosa yang pernah diperbuatnya.
5.      Berani berbuat dosa di masa yang akan datang
6.      Melupakan untuk mengingat mati dan urusan akhirat
7.      Menanggung dosa orang yang tertawa karena kamu yang menyebabkan mereka tertawa
8.      Tertawa menyebabkan menangis di akhirat nanti


Ciputat, 03 April 2011
Drs. H. Djedjen Zainuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar