Kajian Akhlaq;
BANYAK MENANGIS SEDIKIT TERTAWA
Maka Apakah kamu merasa heran terhadap
pemberitaan ini? dan kamu
mentertawakan dan
tidak menangis?sedang kamu
melengahkan(nya)?(QS. An- Najm: 59- 61)
Maka hendaklah
mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa
yang selalu
mereka kerjakan. (QS. At- Taubah: 82)
Ibnu Umar ra
menceritakan: “ Pada suatu hari Nabi SAW keluar menuju masjid, orang- orang
sedang berbincang- bincang dan tertawa terbahak- bahak. Kemudian Beliau
berhenti dan mengucapkan salam kepada mereka, lalu bersabda”:
اَكْثِرُوْاذِكْرَهَاذِمِ
اللَّذَّاتِ قُلْنِاوَمَاهَاذِمُ اللَّذَّاتِ قَالَ اَلْمَوْتُ ثُمَّ خَرَجَ بَعْدَذَلِكَ
مَرَّةً اُخْرَى فَاِذًاقَوْمٌ يَضْحَكُوْنَ فَقَالَ اَمَاوَالَّذِى نَفْسِيْ بِيَدِهِ
لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَااَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا ثُمَّ
خَرَجَ اَيْضًا فَاِذًاقَوْمُ يَتَحَدَّثُوْنَ وَيَضْحَكُوْنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ
ثُمَّ قَالَ اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًاوَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًاكَمَابَدَأَ
فَطُوْبىَ لِلْغُرَبَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقِيْلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ قَالَ الَّذِيْنَ اِذَافَسَدُواالنَّاسُ صَلَحُوْا
“Perbanyaklah
mengingat sesuatu yang menghilangkan kelezatan” Kami bertanya: “Apa yang
menghilangkan kelezatan itu ?” Beliau bersabda: “Mati” Kemudian beliau keluar
dan di situ ada orang- orang yang sedang tertawa, lalu Beliau bersabda:
“Ingatlah, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kamu
mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak
menangis.” Kemudian Beliau keluar lagi dan di situ ada orang yang sedang
mengobrol dan tertawa, lalu Beliau mengucapkan salam kepada mereka dan
bersabda: “Sesungguhnya Islam itu pada mulanya asing dan nanti akan kembali
asing seperti semula, maka beruntunglah bagi orang- orang yang dianggap asing
nanti pada hari kiamat.” Ada yang bertanya: “Siapakah orang- orang yang
dianggap asing itu ?” Beliau bersabda: “Orang- orang yang apabila masyarakat
berada dalam kerusakan, sementara dirinya berusaha untuk memperbaikinya.”
Yang dibolehkan
agama itu adalah tersenyum bukan tertawa, bahkan tersenyum itu bias bernilai ibadah
apabil diberikan kepada orang lain dalam rangka menggembirakan atau memberikan
penghormatan kepadanya.
Hasan Al- Basri
berkata: “Sungguh mengherankan bila seseorang itu masih bisa tertawa, padahal
di belakangnya ada api neraka, dan sungguh mengherankan ada orang yang bersuka
ria, padahal di belakangnya ada kematian.” Ada seorang pemuda yang sedang
tertawa terbahak- bahak di depan Hasan Al- Basri, lalu ditanya: “Wahai anakku,
apakah kamu sudah melewati titian yang berada di atas api neraka ?” Ia
menjawab: “Belum”. Al- Basri berkata: “Lalu mengapa kamu tertawa terbahak-
bahak ?” Setelah peristiwa itu, si pemuda tidak lagi tertawa berlebihan. Apa
yang diucapkan oleh Hasan Al- Basri sangat terkesan dalam hatinya, sehingga ia
langsung bertobat karenanya.
Abu Laits As-
Samarqandi berkata: Setiap manusia seharusnya merasa sedih dengan lima hal:
1.
Merasa sedih
terhadap dosa- dosa yang lampau, karena ia telah melakukan perbuatan- perbuatan
dosa, tetapi tidak tahu apakah ia mendapat ampunan dari Allah SWT atau tidak;
Oleh karenanya ia harus selalu berusaha untuk mendapatkan ampunan itu.
2.
Ia telah
melakukan kebaikan- kebaikan, namun ia tidak tahu apakah kebaikan- kebaikan itu
diterima atau tidak oleh Allah SWT
3.
Ia mengetahui
perjalanan hidup yang sudah dilaluinya, namun ia tidak tahu apa yang akan
terjadi di kemudian hari
4.
Ia mengetahui
bahwa Allah menyediakan dua tempat balasan manusia, yaitu syurga dan neraka.
Namun ia tidak mengetahui ke tempat yang mana ia akan dimasukkan
5.
Ia tidak
mengetahui apakah Allah ridha kepadanya atau murka.
Siapa yang
memikirkan lima hal di atas, pasti ia tidak akan tertawa berlebihan, dan siapa
yang menghiraukannya, maka di akhirat nanti akan menghadapi lima kesulitan dan
kesedihan, yaitu:
1.
Menyesal
terhadap harta yang ditumpuknya yang ia tinggalkan untuk ahli warisnya
2.
Menyesal
terhadap penundaan amal- amal kebaikan, dimana di dalam buku catatan amalnya ia
melihat hanya sedikit amal kebaikannya, kemudian ia memohon izin untuk kembali
ke dunia agar bisa mengerjakan amal baik,
namun tidak diizinkannya
3.
Menyesal
terhadap dosa- dosa dimana di dalam buku catatan amalnya ia melihat banyak
sekali dosanya, kemudian ia memohon izin untuk kembali ke dunia agar bisa bertobat, namun tidak diizinkannya.
4.
Melihat begitu
banyak orang yang menuntunnya, namun ia tidak bisa membayar, kecuali dengan
amal- amal kebaikannya, sementaran ia pun tidak banyak mempunyai amal kebaikan.
5.
Mendapatkan
Allah SWT murka kepadanya dan tidak ada jalan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
وَيْلٌ لِمَنْ
يَكْذِبُ لِيَضْحَكَ بِهِ النَّاسُ وَيْلٌ لَهُ
وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ثَلاَثَ
مَرَّاتٍ
Celaka bagi orang yang berdusta agar
dengan dustanya itu orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya, celaka
baginya. Nabi mengulanginya tiga kali
Al- Faqih
berkata: “Jauhilah tertawa” dengan tertawa terbahak- bahak mengandung delapan
keburukan/ bahaya:
1.
Para ulama dan
orang- orang yang berakal sehat akan mencelamu
2.
Orang- orang
yang bodoh akan menjadi berani kepadamu
3.
Jika kamu orang
bodoh, maka kebodohanmu akan bertambah dan bila kamu orang pandai maka
kepandaiannya akan berkurang
4.
Melupakan dosa-
dosa yang pernah diperbuatnya.
5.
Berani berbuat
dosa di masa yang akan datang
6.
Melupakan untuk
mengingat mati dan urusan akhirat
7.
Menanggung dosa
orang yang tertawa karena kamu yang menyebabkan mereka tertawa
8.
Tertawa
menyebabkan menangis di akhirat nanti
Ciputat, 03 April 2011
Drs. H. Djedjen Zainuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar