Kamis, 21 November 2013

MENGHADAPI SITUASI KRITIS


UJIAN DARI ALLAH SWT
DAN KETELADANAN RASULULLAH SAW
DALAM MENGHADAPI SITUASI KRITIS

Bangsa Indonesia tak henti- hentinya diberi ujian oleh Allah SWT;  Krisis ekonomi dan krisis politik dengan segala dampaknya, bencana alam dan lain- lain. Di berbagai tempat terjadi kekerarasan, sadisme dan anarkisme, yang menimbulkan korban jiwa dan harta yang tak terhitung jumlahnya. Sementara peraturan dan hukum sangat sulit untuk ditegakkan, sehingga menjadikan Indonesia bak sebuah negara preman. Di berbagai daerah banyak terjadi kelaparan dan busung lapar, serta menyebarnya wabah penyakit yang membahayakan jiwa. Ujian ini mungkin sebagai adzab dari Allah SWT karena ulah kita yang keliru dan senang melakukan perbuatan dosa, atau juga sebagai cobaan dari-Nya untuk meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia.
Allah SWT berfirman.
 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah- buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang- orang yang sabar.” (QS. Al- Baqarah: 155)
Jadi hanya orang- orang yang sabarlah yang akan mampu menghadapi persoalan hidup, hanya orang- orang yang sabarlah yang akan mampu keluar dari berbagai kesulitan dan ujian dari Allah SWT. Sabar mengandung makna kemampuan menghadapi permasalahan dengan baik. Atau al- khuruj minalmasaqat (kemampuan yang baik untuk keluar dari kesulitan) Sabar tidak diartikan pasrah akan nasib tanpa adanya usaha/ ikhtiar.
Suatu hari Rasulullah SAW berkata di depan para shahabat: “Apabila ummatku melakukan 15 perkara, maka akan datang kepada mereka malapetaka berupa angin merah, gempa bumi, penyakit yang dapat mengubah wajah dan hujan batu. 15 perkara tersebut adalah:
1.      Bila harta kekayaan hanya beredar pada golongan tertentu saja.
2.      Bila amanah dijadikan sumber kekayaan
3.      Bila zakat tak lagi ditunaikan
4.      Bila suami tunduk pada kemauan isteri
5.      Bila manusia banyak yang durhaka pada ibu
6.      Bila manusia baik pada kawan tetapi lupa pada ayah
7.      Bila masjid tak lagi menjadi sarana untuk berdzikir
8.      Bila orang fasik diangkat jadi pemimpin
9.      Bila pemimpin masyarakat akhlaknya rendah
10.  Bila seseorang dimuliakan karena takut kejahatannya
11.  Bila manusia telah menonjolkan kemewahan hidup
12.  Bila wanita menjadi penghibur kesenangan seksual
13.  Bila minuman keras merajalela di masyarakat
14.   Bila mengajar bukan lagi karena Allah
15.  Bila orang suka mencela kepada orang yang baik kepadanya (lupa akan jasa orang lain.
Masa krisis ekonomi pernah pula dialami oleh Rasulullah SAW dan para shahabatnya, antara lain pada saat umat Islam diboikot (diembargo ekonomi) oleh orang- orang kafir Quraisy yang tidak suka dengan semakin berkembangnya agama Islam. Pemboikotan yang berlangsung antara tahun 6 – 9 dari kerasulan Muhammad SAW itu mengakibatkan penderitaan yang amat sangat, yaitu kelaparan, terutama anak- anak dan manula. Isi pemboikotan tersebut adalah:
1.      Tidak akan menikahi orang Islam
2.      Tidak akan menerima permintaan nikah dari pihak orang Islam
3.      Tidak akan menjual belikan apa saja kepada orang Islam
4.       Tidak akan menerima permintaan damai dari orang Islam sampai menyerakhan Muhammad untuk dibunuh
5.      Nabi dan kaum muslimin hanya boleh bertempat tinggal di Makkah bagian utara dan dijaga ketat oleh orang Quraisy.
Pada saat demikian yang dilakukan oleh Rasulullah SAW antara lain:
1.      Melakukan negosiasi (kerjasama) dengan pihak lain sebagai langkah alternatif pemecahan masalah. Antara lain yang dilakukan Rasulullah SAW kepada Zubair bin Umayah, Mu’thim bin Adi, Al-Bakhtari bin Hisyam dan Zam’ah bin Aswad. Mereka ini adalah orang kafir Quraisy yang sedikit menaruh belas kasihan kepada ummat Islam. Upaya ini membuahkan hasil sampai pemboikotan berakhir.
2.      Selalu memberikan motivasi kepada para shahabatnya agar tetap bekerja dan berusaha sebatas kemampuan yang ada dan jangan putus asa.
Rasulullah SAW bersabda.
اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِقَ
“Sesungguhnya Allah sangat senang kepada orang mu’min yang bekerja.”

3.      Anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam tetap bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup: “Allah bersama- sama dengan orang yang sabar.”  اِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
Sabar bukan berarti menerima apa yang terjadi tanpa ada usaha, tetapi sabar adalah kemampuan mencari jalan keluar yang terbaik dalam menghadapi setiap masalah. Sikap sabar ini sangat relevan dengan ayat di atas (QS Al-Baqarah: 155). Sebagaimana ayat di atas tadi, bahwa orang- orang yang sabarlah yang akan mampu menghadapi persoalan/ ujian dari Allah
4.      Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan do’a terlebih pada saat- sat yang kritis, karena yakin bahwa do’a bukan hanya sekedar suggesti tetapi bagian dari usaha manusia terhadap Allah yang kemudian Ia akan menurunkan kekuatan-Nya kepada manusia. Pada saat perang Badr misalnya, ketika melihat jumlah tentara Islam sedikit (313: 1.000), Rasulullah segera bersimpuh mengangkat kedua belah tangannya untuk berdo’a. Begitu khusyunya ia berdo’a sehingga badan Rasulullah SAW bergetar dan berkali- kali surbannya jatuh. Dalam do’anya Rasulullah berseru: “Ya Allah, jika hari ini kami kalah, maka tidak akan ada lagi orang yang menyembahmu untuk selamanya... Ya Allah berilah kami kekuatan dan kemenangan agar kami  dapat menyebut nama-Mu dan dan menjunjung tinggi agama-MU”. Maka Allah pun memberikan kekuatan lahir dan bathin kepada kaum muslimin, disertai turunnya bal tentara Allah yang diturunkan dari langit. Maka umat Islam pun memperoleh kemenangan besar.
Bercermin kepada perilaku Rasulullah SAW khusunya dalam menghadapi persoalan hidup:
Pertama ia terus berikhtiar mencari jalan keluar yang terbaik, dan tidak pernah ada kata menyerah dan putus asa. Sikap optimis seperti  ini harus menjadi bagian intergral di dalam kehidupan kita untuk meraih sukses di masa depan.  Allah SWT berfirman:
 “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.”  (QS. Az-Zumar: 54)
Pada saat menghadapi kesulitan lalu berunjuk rasa dengan melakukan anarkisme dan pengrusakan, perilaku seperti ini bukan ceminan seorang muslim. Sebab Allah SWT sangat tidak menyukai perbuatan pengrusakan.
“ Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di  (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al- Qashash: 77)
Kedua, ia tetap dalam jalur ketaqwaan yang tinggi. Buah daripada taqwa, Allah janjikan berupa hadirnya kejelasan visi dan missi serta komitmen daripada kebenaran: “Jika kalian bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menganugerahkan kepada kalian furqan (kemampuan membedakan yang haq dan yang bathil).” (QS. Al-Anfal:29). Di sini terungkap kekayaan rohani orang yang bertaqwa, yang memungkinkannya bukan hanya tambah dalam melawan ambisi rendahnya, melainkan juga mampu memegang kendali di tengah gelombang ujian dengan bekal furqan..
Pada saat semakin ruwetnya problem sosial kemasyarakatan dan kian terpuruknya bangsa kita, kehadiran taqwa justeru akan semakin urgen. “Siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya dan memberikan rizki dari jalan yang tidak terduga.....Siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memudahkan segala persoalannya.” (QS. Ath-Thalaq: 2- 5)
Dengan demikian, maka pada kondisi ketaqwaan yang tinggi, tersimpan rahasia solusi terhadap berbagai persoalan individu, masyarakat dan bangsa. Peradaban taqwa yang pernah hadir pada masa Rasulullah SAW dan shahabatnya, menjadikan masyarakat Islam pada saat itu menjadi masyarakat yang tangguh/ super dan dinamis melebihi masyarakat manapun.
Ketiga, do’a adalah menjadi salah satu senjata yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW. Kita harus kuat bergantung kepada Allah SWT,  dengan memperbanyak berdo’a memohon pertolongannya. Ad-du’a shilahul mu’mini (do’a adalah senjatanya orang- orang beriman).Orang mu’min yang tidak mau berdo’a adalah orang yang sombong, dan jika tidak mau mendo’akan orang lain ia berarti kikir. Allah SWT akan selalu mengabulkan do’a hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“ Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al- Baqarah: 186)
Maka jika kita dan bangsa kita mendambakan kemenangan, kemajuan dan pertolongan Allah SWT, kuncinya tiada lain menghadirkan taqwa dalam kehidupan kita, disertai dengan ikhtiar yang kuat. Jika tidak, sangat mustahil persoalan kita dan bangsa kita akan dapat terselesaikan. Kita tinggal menunggu saat dihancurkannya oleh Allah SW.
                                                                                                            Drs.H.Djedjen Zainuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar