UJIAN
DARI ALLAH SWT
DAN
KETELADANAN RASULULLAH SAW
DALAM
MENGHADAPI SITUASI KRITIS
Bangsa Indonesia tak henti- hentinya diberi ujian oleh Allah SWT; Krisis ekonomi dan krisis politik dengan
segala dampaknya, bencana alam dan lain- lain. Di berbagai tempat terjadi
kekerarasan, sadisme dan anarkisme, yang menimbulkan korban jiwa dan harta yang
tak terhitung jumlahnya. Sementara peraturan dan hukum sangat sulit untuk
ditegakkan, sehingga menjadikan Indonesia bak sebuah negara preman. Di berbagai
daerah banyak terjadi kelaparan dan busung lapar, serta menyebarnya wabah
penyakit yang membahayakan jiwa. Ujian ini mungkin sebagai adzab dari Allah SWT
karena ulah kita yang keliru dan senang melakukan perbuatan dosa, atau juga
sebagai cobaan dari-Nya untuk meningkatkan derajat dan martabat bangsa
Indonesia.
Allah SWT
berfirman.
“Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang- orang yang sabar.” (QS. Al- Baqarah: 155)
Jadi hanya orang- orang yang sabarlah yang akan mampu
menghadapi persoalan hidup, hanya orang- orang yang sabarlah yang akan mampu
keluar dari berbagai kesulitan dan ujian dari Allah SWT. Sabar mengandung makna
kemampuan menghadapi permasalahan dengan baik. Atau al- khuruj minalmasaqat
(kemampuan yang baik untuk keluar dari kesulitan) Sabar tidak diartikan pasrah
akan nasib tanpa adanya usaha/ ikhtiar.
Suatu hari Rasulullah SAW berkata di depan para
shahabat: “Apabila ummatku melakukan 15 perkara, maka akan datang kepada mereka
malapetaka berupa angin merah, gempa bumi, penyakit yang dapat mengubah wajah
dan hujan batu. 15 perkara tersebut adalah:
1.
Bila harta kekayaan hanya beredar pada golongan tertentu saja.
2.
Bila amanah dijadikan sumber kekayaan
3.
Bila zakat tak lagi ditunaikan
4.
Bila suami tunduk pada kemauan isteri
5.
Bila manusia banyak yang durhaka pada ibu
6.
Bila manusia baik pada kawan tetapi lupa pada ayah
7.
Bila masjid tak lagi menjadi sarana untuk berdzikir
8.
Bila orang fasik diangkat jadi pemimpin
9.
Bila pemimpin masyarakat akhlaknya rendah
10. Bila seseorang dimuliakan karena
takut kejahatannya
11. Bila manusia telah menonjolkan
kemewahan hidup
12. Bila wanita menjadi penghibur
kesenangan seksual
13. Bila minuman keras merajalela di
masyarakat
14. Bila mengajar bukan lagi karena Allah
15. Bila orang suka mencela kepada
orang yang baik kepadanya (lupa akan jasa orang lain.
Masa krisis ekonomi pernah pula dialami oleh
Rasulullah SAW dan para shahabatnya, antara lain pada saat umat Islam diboikot
(diembargo ekonomi) oleh orang- orang kafir Quraisy yang tidak suka dengan
semakin berkembangnya agama Islam. Pemboikotan yang berlangsung antara tahun 6
– 9 dari kerasulan Muhammad SAW itu mengakibatkan penderitaan yang amat sangat,
yaitu kelaparan, terutama anak- anak dan manula. Isi pemboikotan tersebut
adalah:
1.
Tidak akan menikahi orang Islam
2.
Tidak akan menerima permintaan nikah dari pihak orang Islam
3.
Tidak akan menjual belikan apa saja kepada orang Islam
4.
Tidak akan menerima permintaan
damai dari orang Islam sampai menyerakhan Muhammad untuk dibunuh
5.
Nabi dan kaum muslimin hanya boleh bertempat tinggal di Makkah bagian
utara dan dijaga ketat oleh orang Quraisy.
Pada saat demikian yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
antara lain:
1.
Melakukan negosiasi (kerjasama) dengan pihak lain sebagai langkah
alternatif pemecahan masalah. Antara lain yang dilakukan Rasulullah SAW kepada
Zubair bin Umayah, Mu’thim bin Adi, Al-Bakhtari bin Hisyam dan Zam’ah bin
Aswad. Mereka ini adalah orang kafir Quraisy yang sedikit menaruh belas kasihan
kepada ummat Islam. Upaya ini membuahkan hasil sampai pemboikotan berakhir.
2.
Selalu memberikan motivasi kepada para shahabatnya agar tetap bekerja
dan berusaha sebatas kemampuan yang ada dan jangan putus asa.
Rasulullah SAW bersabda.
اِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِقَ
“Sesungguhnya Allah
sangat senang kepada orang mu’min yang bekerja.”
3.
Anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam tetap bersabar dalam menghadapi
berbagai permasalahan hidup: “Allah bersama- sama dengan orang yang sabar.” اِنَّ
اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
Sabar bukan berarti menerima apa yang terjadi
tanpa ada usaha, tetapi sabar adalah kemampuan mencari jalan keluar yang
terbaik dalam menghadapi setiap masalah. Sikap sabar ini sangat relevan dengan
ayat di atas (QS Al-Baqarah: 155). Sebagaimana ayat di atas tadi, bahwa orang-
orang yang sabarlah yang akan mampu menghadapi persoalan/ ujian dari Allah
4.
Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan do’a terlebih pada saat- sat
yang kritis, karena yakin bahwa do’a bukan hanya sekedar suggesti tetapi bagian
dari usaha manusia terhadap Allah yang kemudian Ia akan menurunkan kekuatan-Nya
kepada manusia. Pada saat perang Badr misalnya, ketika melihat jumlah tentara
Islam sedikit (313: 1.000), Rasulullah segera bersimpuh mengangkat kedua belah
tangannya untuk berdo’a. Begitu khusyunya ia berdo’a sehingga badan Rasulullah
SAW bergetar dan berkali- kali surbannya jatuh. Dalam do’anya Rasulullah
berseru: “Ya Allah, jika hari ini kami kalah, maka tidak akan ada lagi orang
yang menyembahmu untuk selamanya... Ya Allah berilah kami kekuatan dan
kemenangan agar kami dapat menyebut
nama-Mu dan dan menjunjung tinggi agama-MU”. Maka Allah pun memberikan
kekuatan lahir dan bathin kepada kaum muslimin, disertai turunnya bal tentara
Allah yang diturunkan dari langit. Maka umat Islam pun memperoleh kemenangan
besar.
Bercermin kepada perilaku Rasulullah SAW
khusunya dalam menghadapi persoalan hidup:
Pertama ia terus berikhtiar mencari jalan keluar yang terbaik, dan tidak
pernah ada kata menyerah dan putus asa. Sikap optimis seperti ini harus menjadi bagian intergral di dalam
kehidupan kita untuk meraih sukses di masa depan. Allah SWT berfirman:
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah.” (QS. Az-Zumar: 54)
Pada
saat menghadapi kesulitan lalu berunjuk rasa dengan melakukan anarkisme dan
pengrusakan, perilaku seperti ini bukan ceminan seorang muslim. Sebab Allah SWT
sangat tidak menyukai perbuatan pengrusakan.
“ Dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al- Qashash:
77)
Kedua, ia tetap dalam jalur ketaqwaan yang tinggi. Buah daripada
taqwa, Allah janjikan berupa hadirnya kejelasan visi dan missi serta komitmen
daripada kebenaran: “Jika kalian bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan
menganugerahkan kepada kalian furqan (kemampuan membedakan yang haq dan yang
bathil).” (QS. Al-Anfal:29). Di sini terungkap kekayaan rohani orang yang
bertaqwa, yang memungkinkannya bukan hanya tambah dalam melawan ambisi
rendahnya, melainkan juga mampu memegang kendali di tengah gelombang ujian
dengan bekal furqan..
Pada saat semakin ruwetnya problem sosial kemasyarakatan dan kian
terpuruknya bangsa kita, kehadiran taqwa justeru akan semakin urgen. “Siapa
yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya dan
memberikan rizki dari jalan yang tidak terduga.....Siapa yang bertaqwa kepada
Allah, maka Allah akan memudahkan segala persoalannya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-
5)
Dengan demikian, maka pada kondisi ketaqwaan
yang tinggi, tersimpan rahasia solusi terhadap berbagai persoalan individu,
masyarakat dan bangsa. Peradaban taqwa yang pernah hadir pada masa Rasulullah
SAW dan shahabatnya, menjadikan masyarakat Islam pada saat itu menjadi
masyarakat yang tangguh/ super dan dinamis melebihi masyarakat manapun.
Ketiga, do’a adalah menjadi salah satu senjata yang selalu dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Kita harus kuat bergantung kepada Allah SWT, dengan memperbanyak berdo’a memohon
pertolongannya. Ad-du’a shilahul mu’mini (do’a adalah senjatanya orang- orang
beriman).Orang mu’min yang tidak mau berdo’a adalah orang yang sombong, dan
jika tidak mau mendo’akan orang lain ia berarti kikir. Allah SWT akan selalu
mengabulkan do’a hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“ Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS.
Al- Baqarah: 186)
Maka jika kita dan bangsa kita mendambakan
kemenangan, kemajuan dan pertolongan Allah SWT, kuncinya tiada lain
menghadirkan taqwa dalam kehidupan kita, disertai dengan ikhtiar yang kuat.
Jika tidak, sangat mustahil persoalan kita dan bangsa kita akan dapat
terselesaikan. Kita tinggal menunggu saat dihancurkannya oleh Allah SW.
Drs.H.Djedjen Zainuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar