Selasa, 19 November 2013

BERTETANGGA DENGAN BAIK


Kajian Akhlaq;

BERTETANGGA DENGAN BAIK

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الاَخِرِفَلْيُحْسِنْ اِلىَجَارِهِ.  رواه البخارى ومسلم

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbuat baiklah
kepada tetangganya. (HR. Bukhari Muslim)
وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ, قِيْلَ وَمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قاَلَ:
اَلَذِىْ لاَ يَأْمَنُ جَارَهُ بَوَائِقَهُ. رواه البخارى
Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.
Seorang sahabat bertanya: Siapakah orang yang tidak beriman itu ya Rasulallah ? Rasulullah menjawab: Orang yang tetangganya merasa tidak aman oleh keburukannya. (HR. Bukhari)



Berbuat baik kepada tetangga termasuk salah satu dari akhlaqul karimah/ akhlaqul mahmudah. Allah SWT memerintahkan kita agar berbuat baik kepada tetangga, baik tetangga yang dekat maupun yang jauh (Lihat: QS. An- Nisa: 36). Namun harus diprioritaskan dari yang dekat dulu kemudian yang jauh. Ketika suatu hari Siti Aisyah bertanya kepada Nabi SAW:  “Ya Rasulallah, aku mempunyai dua tetangga, maka kepada yang manakah aku mesti memberikan hadiah ?” Jawab beliau: “Kepada yang lebih dekat dulu pintunya kepadamu.” Rasulullah SAW selalu mendapat pesan dari Malaikat Jibril agar  berbuat baik kepada tetangga. Karena berulang- ulangnya pesan ini kepada Nabi SAW, sehingga beliau mengira bahwa tetangga itu akan dijadikan waris beliau.

Berbuat baik kepada tetangga dalam arti minimal yaitu kita sekedar tidak menyusahkannya atau tidak mengganggunya. Sedangkan berbuat baik kepada tetangga dalam arti maksimal berarti kita selain tidak mengganggunya juga telah mampu berbuat baik kepadanya yaitu dengan menolong dan memberinya, baik moral maupun material.

Sebaliknya, menyakiti tetangga adalah termasuk akhlaq tercela (akhlaqul madzmumah). Sehingga Rasulullah SAW mengatakan tidak beriman orang yang suka berbuat buruk kepada tetangganya. Seorang lelaki pernah bertanya kepada Nabi SAW perihal seorang wanita yang rajin beribadah dengan memperbanyak shalat, puasa dan shadaqah, tetapi banyak menyakiti tetangga dengan ucapannya. “Bagaimanakah wanita yang demikian itu ya Rasulallah ?” Beliau menjawab: “Hiya finnar” (Dia tempatnya di neraka).

***
Di bawah ini beberapa ketentuan dan hadits Nabi SAW   dalam hidup bertetangga:

Abu Laits As- Samarqandi berkata: “Kesempurnaan yang baik dalam bertetangga itu ada empat:
  1. Membantu tetangganya dengan apa yang ada padanya
  2. Tidak menginginkan apa yang dipunyai tetangganya (tidak iri)
  3. Tidak mengganggu tetangganya
  4. Sabar terhadap gangguan tetangganya.”

Di dalam sebuah hadits yang panjang Rasulullah SAW menyebutkan hak- hak tetangga, yaitu:
  1. Kalau ia meminjam, engkau pinjamkan dia
  2. Kalau ia minta tolong, engkau tolong dia
  3. Kalau ia sakit, engkau rawat dia
  4. Kalau ia ada keperluan, engkau beri kepadanya
  5. Kalau ia jadi miskin, engkau membantunya
  6. Kalau ia mendapat kesenangan, engkau gembirakan dia
  7. Kalau ia susah, engkau hiburkan dia
  8. Kalau ia mati, engkau antarkan jenazahnya
  9. Jangan engkau bangun rumah lebih tinggi daripada rumahnya, karena akan menghalangi datangnya angin, kecuali atas seizin dia.
  10. Jangan engkau susahkan dia dengan bau masakanmu, kecuali jika engkau memberinya
  11. Jika engkau beli buah- buahan, engkau hadiahkan kepadanya. Kalau engkau tidak memberinya, hendaklah engkau masuk ke dalam rumah dengan tersembunyi, dan jangan sampai anak- anakmu membawanya ke luar, karena anaknya akan menginginkan buah- buahan tersebut.

اِذَاطَبَحْتَ مَرَقَةً فَاَكْثِرْمَاءَهَاوَتَعَاهَدْجِيْرَنَكَ. رواه مسلم

Apabila kamu memasak sup maka perbanyaklah airnya dan bagilah tetanggamu. (HR. Muslim)

مَااَمَنَ رَجُلٌ بَاتَ شَبْعَانَ وَجَارُهُ جَائِعٌ اِلىَجَانِبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ. رواه البخارى
Tidaklah seseorang itu beriman, dimana ia hidup kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia mengetahuinya. (HR. Bukhari)














Anas bin Malik ra. Menceritakan dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya nanti pada hari kiamat tetangga itu tergantung kepada tetangganya, di mana tetangganya akan berkata: Wahai Tuhanku, Engkau telah melapangkan rizki kepada saudaraku ini dan menyempitkan rizki kepadaku. Di waktu sore aku kelaparan dan saudaraku ini kekenyang, coba tanyakan kepadanya mengapa pintu rumahnya ditutup raapat- rapat tanpa mempedulikan aku dan menghalangi aku dari apa yang telah Engkau lapangkan kepadanya.”

اَلجِْيْرَانُ ثَلاَثَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ لَهُ ثَلاَثَةُ حُقُوْقٍ وَمِنْهُمْ مَنْ لَهُ حَقَانِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَهُ حَقٌ وَاحِدٌ فَاَمَا الجْاَرُ الَذِى لَهُ ثَلاَثَةُ حُقُوْقٍ فَجَارُكَ الْقَرِيْبُ الْمُسْلِمُ وَاَمَاالجَارُالَذِىْ لَهُ حَقَانِ فَجَارُكَ الْمُسْلِمُ وَاَمَاالَذِىْ لَهُ حَقٌ وَاحِدٌ فَجَارُكَ الذِمِيُ
Tetangga itu ada tiga macam. Diantara mereka itu ada yang mempunyai tiga hak, diantaranya lagi mempunyai dua hak dan yang lainnya mempunyai satu hak. Tetangga yang mempunyai tiga hak adalah tetanggamu yang masih kerabat dan muslim. Tetanggamu yang mempunyai dua hak adalah tetanggamu yang muslim. Sedangkan tetanggamu yang mempunyai satu hak adalah yang kafir dzimmi

                              Drs.H.Djedjen Zainuddin/ 0817732580

Tidak ada komentar:

Posting Komentar