Rabu, 20 November 2013

MENELADANI AKHLAQ NABI MUHAMMAD SAW


Peringatan Maulid Nabi SAW;

MENELADANI AKHLAQ NABI SAW


Sesungguhnya Rasulullah itu menjadi contoh teladan baik bagi kamu dan bagi
orang- orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari kemudian dan
mengingat Allah sebanyak- banyaknya. (QS. Al- Ahzab: 21)


Peringatan maulid Nabi SAW adalah salah satu bentuk ceremonial (perayaan/ upacara) yang telah menjadi tradisi umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Sebagai pengetahuan, kita perlu mengetahui tentang masalah tersebut, agar tidak terjerumus kepada taqlid buta atau bid’ah dhalalah.

Landasan Hukum Peringatan Maulid Nabi SAW

Jika kita mencari ayat- ayat Al- Qur’an atau hadits- hadits Nabi SAW yang berkaitan dengan peringatan maulid Nabi SAW, maka kita tidak akan menemukannya. Apabila ada yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi SAW landasannya adalah hadits Nabi SAW, maka hadits tersebut adalah maudhu (palsu). Dengan demikian maka tidak ada dalil yang memerintahkannya dan tidak ada pula dalil yang melarangnya. Apabila suatu perbuatan tidak ada perintah dan tidak ada larangannya, maka hukumnya BOLEH.
Jika peringatan maulid Nabi SAW didudukkan sebagai suatu perayaan, maka hukumnya boleh. Apabila diisi dengan berbagai aktifitas/ acara yang positif, maka nilainya adalah berpahala. Demikian halnya apabila secara langsung mendudukan peringatan maulid Nabi SAW sebagai bagian dari ibadah, maka memperingati maulid Nabi SAW adalah perbuatan bid’ah, sebab hal ini tidak mempunyai dasar. Semua bentuk ibadah itu dilarang, kecuali yang diperintahkan atasnya.

Sejarah Peringatan Maulid Nabi SAW
Pada masa Nabi SAW dan masa shahabat tidak dikenal adanya tradisi ulang tahun hari kelahiran, termasuk ulang tahun kelahiran Nabi SAW. Menurut pendapat para pakar sejarah, peringatan Maulid Nabi SAW bermula dari ide Shalahuddin Al- Ayubi pada saat berkecamuknya Perang Salib. Perang Salib berlangsung lk. 200 tahun, yaitu tahun 489- 666 H/ 1096- 1273 M antara umat Islam dan kaum salib dengan alasan membela agama. Tetapi akhirnya menjadi ajang perampokan dan pembantaian dari kaum salib (kristen) yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Dalam perang yang amat keras itu muncul seorang ksatria bernama Salahuddin Al- Ayubi (lahir tahun 1138). Pada saat itu umat Islam mulai mengalami keputus asaan, karena panjangnya peperangan. Shalahuddin yang amat bijak itu tahu benar kondisi umat Islam, dan berupaya membangkitkan semangat dengan cara memperingati Maulid Nabi SAW. Dalam peringatan tersebut diuraikan tentang perjuangan dan pengorbanan Nabi SAW dalam membela dan menegakan kebenaran serta keadilan. Juga Shalahudin mengadakan lomba membuat sya’ir yang berisikan kepribadian dan perjuangan Nabi SAW. Berkat upaya Shalahuddin yang gigih itu, umat Islam semakin bangkit semangat jihadnya, sampai pada akhirnya Perang Salib yang panjang itu berahir dan dimenangkan oleh umat Islam.

Motivasi Memperingatan Maulid Nabi SAW.
Motivasi memperingati maulid Nabi SAW adalah karena ia adalah seorang utusan Allah. Ia adalah seorang insan kamil (manusia yang sempurna), manusia yang taat menjalankan perintah Tuhannya, terpuji dalam ucapan dan tutur katanya.
وانك لعلى خلق عظيم
“Dan dalam dirimu (Muhammad) terdapat akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam: 4)
Tentang pribadinya yang agung, semua orang Islam sudah mafhum, bahkan orang- orang di luar Islam pun kalau mau melihat secara obyektif mengakuinya akan hal ini. Misalnya Michael Hart dalam bukunya The 100 ranking of the most influental person in history (100 ranking tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah) menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh dunia ranking 1 (satu), nomor 2 Izzac Newton dan ke 3 Yesus Kristus. Orientalis barat Arthur G.Lemard dalam bukunya Islam Her Moral and Spirituan Value mengatakan: “Jiwa Islam adalah ruh Muhammad. Walaupun jasadnya telah tiada, tapi ruhnya masih berkata- kata melalui berjuta- juta lidah umat manusia. Di tangannya tergenggam jantung yang dapat menggoncangkan dunia.” JB. Saint Hilarc dalam bukunya Imperial History mengatakan: “Saya tidak bisa berpendapat lain; Muhammad adalah tokoh yang paling besar dalam sejarah manusia yang pernah hidup di muka bumi. Tidak pernah orang menyelesaikan revolusi besar dan kekal di dunia selain Muhammad. Ia seorang filosof, orator, pembawa hukum, pejuang dan penakluk idea, pembawa dogma rasional dari suatu agama.”
Keistimewaan seperti yang digambarkan di atas telah mendorong umat Islam untuk selalu mengingat dan memperingatinya.

Tujuan Memperingati Maulid Nabi SAW
Yang paling utama tujuan memperingati kelahiran Nabi SAW adalah untuk menyadarkan kita agar selalu meneladani/ mencontoh  perilaku Rasulullah SAW. Sebab ia adalah suri tauladan yang paling baik.
لقدكان لكم فى رسول الله اسوة حسنة
“Sesungguhnya bagimu di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik.” (QS. Al- Ahzab: 21).
Nabi Muhammad SAW menjadi tauladan bagi siapapun, sebab semua perilakunya adalah baik dan sempurna. Hal ini telah mendapat jaminan dari Allah SWT sebagaimana QS. Al- Qalam: 4 di atas. Tentang kepribadiannya yang agung itu sebagian kecil sebagaimana digambarkan di bawah.

Contoh Keteladanan Nabi SAW


Nabi SAW contoh yang baik

لَقَدْكَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ
 اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ...


 

وَاِنَكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ


 

كَانَ خُلُقُهُ اَلْقُرْاَنُ


 


Siapa yang hendak mencontoh Nabi SAW,
maka praktekkan Al-Qur’an


Aisyah ummul mu’minin ditanya: “Seperti apakah akhlaq Nabi SAW?” Ia menjawab: “Kana khuluquhu Al-Qur’an, Akhlaq Beliau itu adalah Al-Qura’an”. Yang dimaksud dengan akhlaq Al-Qur’an adalah, bahwa Rasulullah SAW itu selalu berpegang pada adab, perintah, larangan dan ketentuan- ketentuan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Jadi pribadi dan sepak terjang Rasulullah SAW adalah manifestasi dan realisasi dari ajaran- ajaran Al- Qur’an.
Berikut ini sebagian kecil contoh akhlaq Nabi SAW.
Ali bin Abi Thalib berkata: “Muhammad adalah orang yang paling lapang dada, paling benar lidah, paling lembut perangainya dan paling mulia dalam pergaulannya. Ia tidak pernah menyusahkan anggota rumahnya dalam soal makan dan minum dan soal yang lainnya. Pada waktu lapar ia bertanya: ‘Adakah makanan pada kamu ?’ Kalau ada ia makan dan kalau tidak ada ia diam, atau bahkan berpuasa. Ia tiak makan sebelum lapar dan kalau makan ia berhenti sebelum kenyang.”
Ia suka memerah susu kambingnya dengan tangannya sendiri,  ia  tambal  sendiri
pakaian atau kasutnya yang koyak dan rusak, ia urus sendiri keperluan dirinya, ia menyapu rumahnya, ia tidak pernah terlihat diam percuma di rumahnya
Anas bin Malik berkata: “Saya menjadi pelayan Rasulullah SAW selama 10 tahun, dan selama itu saya tidak pernah mendengar ucapan ‘ah’ kepadaku. Ia tidak pernah membentak, mengatakan: ‘Mengapa kau berbuat demikian, mengapa kau tidak berbuat begini, dsb.”
‘Aisyah ummul mu’minin mengatakan: “Rasulullah itu di dalam rumah tangganya adalah seorang manusia yang paling lemah lembut, selalu menebarkan senyuman.” Abdullah bin Harits berkata: “Saya belum pernah melihat orang yang lebih banyak senyumannya dari pada Rasulullah SAW.” Ia suka bergurau dengan sahabat- sahabatnya dengan cara yang sopan dan pantas, dan ia panggil sahabat- sahabanya dengan sebaik- baik nama. Ia pun suka bergurau dengan anak- anak, ia dukung mereka, ia peluk mereka dan ia cium mereka. Ia sangat mencintai cucu- cucunya, bahkan saat shalat ia sering ditaiki punggungnya oleh cucu- cucunya itu.
Tidak pernah ia ucapkan perkataan yang rendah atau keji, demikian juga celaan, makian atau hinaan. Ia berbicara kepada seseorang menurut kadar kemampuan akal yang diajak bicara. Ia terima dengan sabar kekasaran orang dalam berbicara atau dalam mengajukan pertanyaan- pertanyaan. Tidak pernah ia putuskan pembicaraan orang lain yang sedang berkata- kata. Tidak pernah berkata yang tidak ada manfaatnya (sia- sia). Seringkali kejahatan orang ia balas dengan kebaikan dan do’a, ia maafkan orang yang berlaku aniaya kepadanya dan ia hubungkan tali shilaturrahim dengan orang yang memutuskannya. Tidak pernah ia memukul orang lain kecuali dalam peperangan.
Ia selalu memulai memberi salam atau jabat tangan setiap kali bertemu shahabat- sahabanya. Kalau berjabat tangan dengan seseorang, ia tidak segera menariknya sebelum orang yang dijabat menarik tangannya.
Pada waktu datang utusan Raja Najasi, ia sendiri yang melayani tamu- tamunya. Para sahabat meminta agar merekalah yang melayaninya, tetapi ia menjawab: “Mereka pernah memuliakan sahabat- sahabatku waktu berhijrah ke sana, maka sekarang aku hendak membalas budi mereka.”
Ia muliakan orang yang datang bertamu ke rumahnya, dan sering kali ia bentangkan kain selendangnya atau memberikan bantal untuk alas duduk tamunya. Kalau didengarnya ada tamu datang, padahal ia sedang shalat, maka ia percepat shalatnya untuk segera menemui tamunya, dan sesudah melayani tamunya ia kembali menunaikan shalat.
Kalau ada seseorang yang minta pertolongan materi, padahal pada saat itu ia tidak punya apa- apa, ia sering supaya orang itu mau berhutang kepada orang lain atas tanggungan Rasulullah.
Ia suka mendatangi shahabat- shahabatnya yang sakit, sekalipun di tempat yang jauh di luar kota Madinah. Sa’ad bin Abi Waqas menerangkan: “Aku pernah sakit, Rasulullah lalu datang ta’ziyah ke rumahku. Ia letakkan tangannya di dahiku, ia sapu dadaku dan perutku sambil mendo’akan kesembuhanku.”
Kalau berjumpa  jenazah, meskipun jenazah orang kafir, ia berdiri, lalu turut mengantarkan atau tetap berdiri sampai jenazah itu lewat.
Ia suka memenuhi undangan, tidak saja undangan orang kaya tetapi juga undangan orang miskin. Ia selalu menjawab panggilan siapa saja dengan perkataan yang amat sopan: Labbaik !
Ia selalu adil dalam segala hal, walaupun terhadap musuhnya sendiri. Dengan tegas ia mengatakan: “Seandainya anakku Fatimah mencuri, akan saya potong tangganya.”
Keadilan ia tegakkan dalam rumah tangganya. Ia bagi belanjanya dengan rata kepada isteri- isterinya, sebagaimana juga ia membagi giliran kepada mereka dengan adil. Kalau melewati rumah isterinya yang di luar gilirannya, ia tidak mau masuk, tetapi cukup memberi salam dari luar dan bertanya tentang kabar keselamatannya. Kalau akan pergi jauh, ia undi diantara isteri- isterinya, siapa yang menang undian dialah yang menyertai perjalanan Rasulullah

            Dalam hal ibadah dapat digambarkan sebagai berikut:

-          Tidak ada yang dapat menandingi ketaatan Rasul SAW dalam beribadah. Sepanjang hayatnya diisi dengan ibadah kepada Allah SWT.
-          Shalat selalu di awal waktu dan berjama’ah
-          Bila shalat malam sampai kakinya bengkak.
-          Selalu istighfar, tidak kurang seratus kali istighfar setiap hari, padahal sudah dijamin masuk syurga.
-          Nabi SAW adalah manusia yang paling dekat dengan Allah SWT, sehingga antara dia dengan Allah SWT tidak ada lagi penghijab.
 A.Jamil BA (pakar sejarah)  mengatakan, akhlaq Nabi SAW antara lain sebagai berikut:

-    Sebelum menjadi Rasul dikenal mempunyai sifat “Al-Amin” (terpercaya)
-    Setelah jadi rasul mempunyai sifat; shiddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan), fathanah (cerdas)
-    Tampak selalu berfikir
-    Berbicara kalau memang diperlukan. (tidak pendiam tetapi juga tidak banyak bicara yang tidak perlu)
-    Banyak bersyukur
-    Pembela kebenaran dan keadilan
-    Tidak suka marah yang bukan pada tempatnya.
-    Pemaaf terhadap siapapun (tidak suka dendam)
-    Pemurah dan penyayang terhadap sesama terutama terhadap anak- anak.
-    Tempat tidurnya sangat sederhana, kadang- kadang dia atas tikar kulit, tanah, pasir atau rumput.
-    Kalau tidur miring ke kanan menghadap kiblat.
-    Makanan beliau apa adanya dan halal, tidak memberatkan bagi yang melayaninya.
-    Makan sambil duduk, menggunakan tiga jari kanan, sesudah makan terus menghirup bekas makanan yang berada di tiga jarinya.
-    Sebelum dan sesudah makan/ minum membaca do’a.
-    Gemar mengenakan kemeja panjang/ jubah
-    Warna yang digemari; putih, merah dan hijau
-    Gemar memakai minyak wangi.
-    Dan lain- lain. Wallahu a’lam.

Drs. H. Djedjen Zainuddin

                        HP. 0817732580

Tidak ada komentar:

Posting Komentar