Kajian Akhlaq;
MENAHAN MARAH
Tersenyumlah!... Senyum Itu Adalah Shadaqah
Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS.
Ali Imran: 133- 134)
Marah adalah suatu sifat atau
keadaan kejiwaan seseorang yang membenci orang lain atau sesuatu secara
berlebihan yang dimanifestasikan dalam bentuk ucapan atau perbuatan yang
tercela.
Menurut Imam Al- Ghazali marah itu
diciptakan Allah SWT dari api, ditanamkan ke dalam diri manusia. Ia akan
bangkit menyala karena sebab- sebab tertentu, menggejolak, menggelegak darah di
jantung ke bagian atas bagaikan naiknya air yang mendidih di dalam periuk.
Tenaga marah bertempat di jantung, mempunyai kecenderungan menghindarkan diri
dari bahaya sebelum bahaya itu datang, dan melampiaskan sakit hati atau balas
dendam setelah bahaya itu datang mengenai diri manusia. Kalau pembalasan dapat
dilaksanakan, maka gelora amarah dapat menjadi tenang. Maka menahan marah itu
adalah perbuatan yang sangat berat, kecuali orang- orang yang hatinya kuat.
Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ
الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ اِنَّمَاالشَّدِيْدُ اَلَّذِىْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ
عِنْدَالْغَضَبِ. رواه البخارى ومسلم
“Bukanlah orang kuat orang yang ahli gulat, tetapi orang kuat
itu ialah orang yang mampu menguasai dirinya ketika ia marah.” (HR. Bukhari
Muslim)
Namun sikap marah ada yang positif,
yaitu bila kita marah secara proporsional terhadap perbuatan keji dan munkar.
Marah dalam arti sangat tidak suka terhadap perbuatan- perbuatan tersebut,
sehingga berusaha untuk menghindari, mencegah dan memperbaikinya dengan jalan
yang baik dan benar.
Bahaya
Marah
Orang yang marah jiwanya labil,
tidak mampu mengendalikan diri dari perbuatan- perbuatan jahat, di dadanya
bagaikan ada api yang sedang membakar dirinya. Karenanya orang yang sedang
marah biasanya matanya memerah, jantungnya berdetak cepat, giginya berkerut-
kerut, mulutnya mengucapkan kata- kata yang kotor, busuk dan melakukan
perbuatan yang tidak terpuji. Pertengkaran, perkelahian bahkan pembunuhan pada
umumnya disebabkan oleh sifat marah yang sudah tidak dapat dikendalikan
Maka, Islam sangat mengecam perbuatan
marah, dan marah dapat merusak keimanan. Di depan Mu’awiyah Rasulullah SAW
bersabda:
يَامُعَاوِيَةُ
اِيَّاكَ وَالْغَضَبَ فَاِنَّ الْغَضَبَ يُفْسِدُ الْاِيْمَانَ كَمَايُفْسِدُ الصَّبِرُالْعَسَلَ
“Wahai Mu’awiyah, jauhilah sifat marah, karena marah itu dapat
merusak iman sebagaimana jadam dapat merusak madu.” (HR. Al- Baihaqi dan Ibnu
Asaakir).
Wahb
bin Munabah berkata: “Ada
seorang rahib beribadah dalam biaranya, maka datang syaitan untuk mengganggu
dan menyesatkannya, tetapi tidak dapat digoda. Maka syaitan memanggilnya supaya
rahib membukakan pintu, tetapi rahib tetap ibadah dan syetan berkata: Bila aku
pergi engkau pasti menyesal, tetapi rahib tetap diam beribadah. Syetan berkata:
Aku ini adalah Almasih. Rahib berkata: Jika engkau benar- benar Almasih, lalu
apa yang harus kuperbuat kepadamu ?
Bukankah engkau telah menyuruhku untuk beribadah, dan engkau berjanji akan
bertemu pada hari qiyamat nanti ? Karenanya bila sekarang engkau datang dengan
membawa ajaran yang baru, aku tidak dapat menerimanya. Lalu syetan mengaku: Aku
ini sebenarnya syetan, datang untuk menyesatkanmu, tetapi engkau tetap teguh.
Karenanya bertanyalah kepadaku tentang sesuatu, niscaya aku beritahu. Rahib
bertanya: Sifat apakah dari Anak Adam yang mudah engkau permainkan ? Jawab
Syetan: Sifat pemarah, karena bila seseorang itu dalam keadaan marah, maka aku mudah
mempermainkannya bagaikan anak- anak mempermainkan bola.”
Diriwayatkan,
ada seseorang sahabat karena terdorong sifat marah, menyebabkan ia murtad
(keluar dari Islam), sehingga mati dalam keadaan kafir. Sedemikian bahayanya
marah, sehingga dapat mendorong seseorang berbuat kebinasaan tanpa disadarinya.
Na’udzu billah min dzalik.
Keutamaan Menahan Marah
Nabi
SAW bersabda
مَنْ
كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَقْدِرُ عَلىَ اِنْفَاذِهِ مَلَأَ اللهُ قَلْبَهُ أَمْنًا
وَاِيْمَانًا. رواه ابوداود
“Siapa
yang dapat menahan marahnya, padahal ia kuasa untuk melampiaskannya, maka Allah
akan memenuhi hatinya dengan iman dan rasa aman/ ketenangan” (HR. Abu Daud)
Ibnu
Asakir meriwayatkan: Nabi SAW bersabda:
وَجَبَتْ
مَحَبَّةُ اللهِ عَلىَ مَنْ اُغْضِبَ فَحَلِمَ
“Pasti mendapat kasih sayang Allah orang yang mengalami
sesuatu yang memarahkannya tetapi ia tetap sabar (tidak marah)”
Pernah seseorang
bertanya kepada Nabi SA: “Apakah hal yang paling dahsyat ?” Jawab Beliau:
“Kemarahan Allah” Bertanya lagi: “Apakah yang dapat menjauhkan aku dari
kemarahan Allah ?”. Nabi SAW menjawab: “Janganlah engkau marah”
Menahan marah
adalah salah satu dari ciri- ciri orang yang bertaqwa. Orang yang mampu menahan
marah oleh Allah SWT akan diberikan ampunan dan syurga yang luasnya seluas bumi
dan langit. (lihat: QS. Ali Imran: 133- 134)
Cara Mengendalikan Marah
Munculnya
marah berasal dari syetan dan dapat dikendalikan atau dipadamkan dengan cara-
cara sebagai berikut:
1.
Bila ada rasa marah di dalam hati,
maka segeralah memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syetan. Nabi
SAW bersabda
لَوْ
يَقُوْلُ اَحَدُكُمْ اِذَا غَضِبَ: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
ذَهَبَ عَنْهُ غَيْظُهُ. رواه الطبرانى
“Andaikan seseorang yang marah itu berkata: A’udzu billahi
minasysyaithanirrajim, niscaya hilanglah marahnya.” (HR. Ath-Thabarani)
2.
Segera berwudhu. Nabi SAW bersabda
اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ
وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَاِنَّمَا يُطْفَأُبِالْمَاءِ النَّارُ فَاِذَاغَضَبَ
اَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ. رواه احمد وابو داود
“Sesungguhnya
marah itu dari syetan, dan syetan diciptakan dari api, dan yang dapat
memadamkan api hanyalah air, maka apabila seseorang dalam keadaan marah,
hendaklah segera berwudhu” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
3.
Bila hati sedang dikuasai marah,
maka hendaklah mengubah posisi; Bila sedang berdiri maka segera duduk, dan bila
dalam keadaan duduk segera berbaring. Dengan cara seperti ini maka sikap marah
akan segera mereda. Jangan sebaliknya.
Drs. H. Djedjen Zainuddin
Pengajian Ahad Pagi
Majelis Ta’lim Nurul Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar