Minggu, 24 November 2013

IMUNISASI DAN IMANISASI


Renungan;

IMUNISASI DAN IMANISASI

Drs. H. Djedjen Zainuddin


“Dan hendaklah takut kepada Allah orang- orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa: 9)
Imunisasi diartikan sebagai upaya memberikan vaksin kekebalan terhadap bayi dari penyakit- penyakit tertentu. Program ini biasanya meliputi pemberian vaksin BCG, DPT (1,2 &3), Anti Polio (1,2,3 & 4), Hepatitis B (1,2 &3) dan Campak. Para orang tua, terutama para ibu berupaya memberikan seluruh vaksin ini sebelum bayi berusia satu tahun. Dengan mengikuti program ini, maka sangat diharapkan bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa banyak menderita penyakit tertentu, terutama penyakit berat dan berbahaya. Alangkah bahagianya para orang tua jika melihat anak- anaknya sehat, tumbuh dan berkembang secara normal.
Imunisasi adalah usaha preventif digambarkan sebagai sebuah payung yang menaungi bayi dari penyakit- penyakit berbahaya, yang mengganggu kesehatannya bahkan mengancam jiwanya. Karenanya program ini telah disosialisasikan dan dipublikasikan secara nasional baik melalui posyandu, puskesmas, rumah bersalin maupun lembaga kesehatan lainnya. Para orang tua rela anaknya menjadi demam selama lebih kurang satu hari setelah divaksinasi (terutama DPT) demi kekebalan di masa mendatang. Karena yakin bahwa ini adalah jalan terbaik untuk kesehatan anak- anaknya.
Upaya ini adalah bagian dari tugas dan tanggung jawab orang tua untuk merawat anak- anaknya, agar kelak  menjadi generasi penerus yang lebih baik dari orang tuanya; Sehat dan kuat jasmaninya, berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya. Adalah naif jika orang tua  membiarkan anaknya menderita sakit karena tidak pernah diberikan kekebalan padanya sewaktu bayi. Apalagi untuk saat ini memberikan imunisasi pada anak tidak perlu mengeluarkan biaya yang  banyak, asal rajin saja datang ke posyandu, insya Allah akan mendapatkan pelayanan yang layak.
Jika untuk program imunisasi  para orang tua begitu bersemangat melakukannya, bagaimanakah dengan imanisasi ?. Sangat berbahaya jika jasmani anak kebal terhadap berbagai penyakit tetapi rohaninya rapuh dari ancaman penyakit rohani. Bahkan jika diambil perbandingan, imunisasi yang meninggalkan imanisasi jauh lebih berbahaya daripada imanisasi yang meninggalkan imunisasi. Nampaknya gejala inilah yang justeru sedang terjadi di tengah- tengah masyarakat kita. Bayi- bayi sekarang memang sehat- sehat dan gemuk- gemuk, sehingga tingkat mortalitas (kematian) bayi prosentasenya semakin kecil. Ini menunjukkan bahwa perawatan bayi- bayi yang lahir jauh semakin baik dan intensif dibandingkan masa lalu. Namun di balik itu semua, dampak gaya kehidupan matrialistik ikut menerpa para bayi dan anak- anak, yaitu dengan semakin dangkalnya akidah dan keimanan para generasi penerus bangsa ini. Hal ini terjadi karena para orang tua tidak lagi menganggap penting proses imanisasi pada anak- anaknya. Di tengah- tengah keluarga kita sedang terjadi proses skularisasi, despiritualisasi, demoralisasi dan lain- lain, terutama melalui media masa audio visual. Di satu sisi orang tua kurang respek terhadap ajaran agama, dan di sisi lain anak- anak dijejali sesuatu yang kurang patut. Maka kehancuranlah yang akan terjadi. Tanggal 10 Maret 2002 saat penulis berkunjung ke Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya (masyarakan yang sangat sederhana dan tempatnya terisolir) sempat bertanya kepada salah seorang pemuka adat: “Mengapa di kampung ini tidak ada televisi ?” Jawabannya sangat sederhana: “Sebab kalau ada televisi yang ditonton hanya hiburan dan hal- hal yang kurang layak ditonton oleh anak- anak. Sementara kalau acara ngaji tidak pernah ditonton”.  Jawaban yang sangat  polos, menunjukkan kesederhanaan berfikir, tapi itulah realita. Meskipun kita tidak menutup mata akan manfaat yang dapat diperoleh dari media ini. Memang hasil teknologi (sering) lebih menarik daripada  agama, sehingga kita dibuatnya terbuai dan lupa terhadap agama. Sebenarnya kita punya missi untuk memberikan muatan agama dalam hasil- hasil teknologi, sebab kita tidak mungkin (dan tidak boleh) lari dari produk- produk teknologi. Mestinya kita memperbudak teknologi, tapi kenyataannya kita ini diperbudak oleh teknologi.
Akibat lengahnya orang tua terhadap proses imanisasi, membuat semakin jauhnya anak- anak kita dari nilai- nilai agama. Maka dapat kita lihat dampaknya, antara lain  semakin banyaknya dekadensi moral yang dilakukan oleh anak- anak dan remaja, seperti bernarkobaria, pergaulan bebas, perkelahian antara pelajar dan lain- lain. Bahkan carut marutnya negeri kita ini lebih diakibatkan oleh para pemimpin dan para pejabatnya yang tak bermoral (wakana za’imuhu ardzalahum). Ini sebagai akibat, dulunya para pemimpin kita terlalu banyak diberikan imunisasi sehingga menjadi rakus tapi kurang lengkap diberikan imanisasi. Pintar tapi tidak benar. Bagaikan mobil, gas-nya bagus tetapi rem-nya blong. Akibatnya:   “bablas nabrake”.
Imanisasi bisa pula dilakukan dengan pemberian DPT (Da’wah, Pendidikan dan Teladan). Da’wah artinya ajakan, yaitu mengajak anak- anak kita untuk melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.  Pendidikan yaitu bimbingan ke arah yang lebih baik. Materinya meliputi pendidikan dasar yang terdiri dari aqidah, ubudiyah dan akhlaq. Kemudian pendidikan pengembenganm yaitu ilmu yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari- hari, dan pendidikan keterampilan. Da’wah dan tarbiyah (pendidikan) tidak ada artinya kalau tidak ada teladan dari orang tua. Sebab orang tua adalah cermin bagi anak- anaknya, yang kemudian akan direkam dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari- hari.
Apabila Allah SWT sebagaimana QS An- Nisa: 9 menghimbau agar jangan meninggalkan keturunan yang lemah, jangan diartikan fisikal saja tetapi mengandung arti yang luas, termasuk psichis. Jangan sampai kita meninggalkan keturunan yang lemah; Lemah fisiknya, lemah mentalnya, lemah imannya dan lemah ilmunya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menegaskan: “Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu’min yang lemah.”  Mari kita galakan gerakan imunisasi dan imanisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar