Kajian Akhlaq;
JUJUR
Satunya hati, lisan dan perbuatan dalam kebenaran
Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
(QS. At- Taubah: 119)
Arti Jujur
Jujur adalah pemberitahuan
seseorang atas apa- apa yang ia yakini benarnya. Pemberitahuan ini meliputi
setiap yang menunjukkan kepada yang dimaksud, baik berupa perkataan maupun
tindakan seperti menulis dan menunjuk. Jujur juga dapat diartikan kesesuaian
antara hati dan lisan yang memberitakannya. Ketika salah satu syarat kesesuaian
itu tidak ada maka tidak disebut jujur yang sebenarnya.
Lawan jujur
adalah dusta, yaitu pemberitahuan seseorang atas apa- apa yang ia yakini tidak
sebenarnya.
Perintah Untuk Jujur
عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى الى الْبِرِّ وَاِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى الى
الجْنَةَّ ِوَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ
عندالله صِدِّيْقًا. وَاِيَّاكُمْ والْكَذِبَ فَاِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى الى الْفُجُوْرِ
واِن الْفُجُوْرَ يَهْدِى الى النَّارِ وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرِّى
الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ كَذَّابًا. رواه البخارى ومسلم
Hendaklah kalian jujur, sebab
jujur itu menuntun kepada kebajikan, dan kebajikan itu menuntun ke syurga.
Seorang manusia tak henti- hentinya bersikap jujur dan mengharapkan jujur,
akhirnya ia dicatat di sisi Allah SWT sebagai orang jujur. Jauhilah sifat
dusta, sebab dusta itu menuntun kepada keburukan, dan keburukan itu menuntun ke
neraka. Seorang manusia tak henti- hentinya berdusta dan mengharapkan dusta,
akhirnya dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)
Jujur
Dalam Mendidik Anak
Islam
menekankan untuk mendidik dan menanamkan sifat jujur kepada anak- anak sejak
dini hingga ia tumbuh menjadi orang yang jujur. Sebab jika ia dididik dusta, ia
tak akan pernah tahu nilai kejujuran dan kebenaran setelah dewasa.
Dari Abdullah bin Amir
berkata: “Suatu hari ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah SAW sedang duduk
di rumah kami: ‘Sini Abdullah, aku mau memberimu’. Rasul SAW bertanya kepada
ibuku: Apa yang hendak kau berikan kepada anakmu ?’ Ibu menjawab: ‘Aku mau
memberinya kurma’. Maka Rasulullah SAW berkata kepad ibuku: ‘Jika kamu tidak
memberinya sesuatu, dicatatlah dusta bagimu” (HR. Ahmad)
Jujur
Dalam Bercanda
Islam membolehkan
siapapun untuk bercanda dan tidak menyukai bermuka murung dan kecut. Namun
Islam melarang dusta sebagai sarana untuk bercanda. Bahkan Rasulullah SAW
adalah orang yang suka bercanda dengan siapapun, sehingga para sahabat heran
dan bertanya: “Ya Rasulallah, engkau bercanda kepada kami ?” Beliau menjawab:
“Sesuangguhnya aku tidak berkata kecuali perkataan yang benar” (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain : “Sesungguhnya aku bercanda, sedangkan aku tidak berkata
kecuali yang benar.”
Jujur Dalam Menyanjung
Manusia
sering menyanjung seseorang mengarah kepada dusta, kemunafikan dan lain- lain,
apalagi bila yang disanjug itu adalah orang yang dianggap lebih tinggi
kedudukannya, orang yang lebih kaya, orang yang berkuasa dll. Pada umumnya
kata- kata sanjungan sering tidak menunjukkan apa yang sebenarnya, tetapi
melebih- lebihkan dari kenyataan, sehingga dapat menyebabkan orang yang
disanjung menjadi sombong dan ujub. Sebaiknya tidak demikian, karena sanjungan
yang tidak benar adalah perbuatan penjilat. Terlebih bila sanjungan yang bagus
itu diberikan atas perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang lain, sehingga
orang yang disanjung merasa bangga dengan perbuatan buruknya.
Dari Abdurrahman bin Abu
Bakarah dari bapaknya berkata: Seorang lelaki menyanjung lelaki lain di samping
Nabi SAW. Maka Nabi SAW berkata berkali- kali: “Celaka kamu, kamu sudah
mematahkan leher temanmu, celaka kamu, kamu sudah mematahkan leher temanmu.
Siapa diantara kamu memuji saudaranya, maka mesti berkata : ‘Aku hanya mengira
si Fulan itu begitu, sedangkan Allah Yang Maha Tahu hakikat amalannya.” (HR.
Bukhari)
Dari Abu
Mar’amar berkata: Seorang lelaki menyanjung salah seorang amir. Kemudian Miqdad
menaburkan tanah ke muka lelaki itu, lalu Miqdad berkata: Rasulullah SAW
menyuruh kami agar menaburkan tanah ke muka orang yang menyanjung” (HR. Muslim)
Bentuk- Bentuk Jujur
- Jujur terpuji
a.
Jujur dalam niat
b.
Jujur dalam perkataan
c.
Jujur dalam perbuatan
- Jujur tercela
a.
Mengumpat (menceritakan keburukan orang lain)
b.
Menghasut
Faedah Jujur
- Mendapat pahala dan derajat yang tinggi dari Allah SWT
- Membawa berkah dalam hidup
- Menghilangkan kebingungan dan menyelamatkan dari bencana
- Meraih tingkatan orang yang syahid
Dari
Ubadah bin Ash-Shamit Nabi SAW bersabda: “Tetapkan bagiku enam jaminan dari
diri kalian, maka aku jamin kalian dengan surga:
- Jujurlah jika kalian bicara
- Tepatilah jika kalian berjanji
- Tunaikan jika kalian diberi amanah
- Peliharalah kemaluan kalian
- Tundukan pandangan kalian
- Tahanlah tangan kalian
Dusta Yang Dibolehkan
Ada beberapa macam dusta
yang dibolehkan agama, yaitu:
- Ketika mendamaikan dua orang yang bermusuhan
- Diantara suami isteri yang menunjukkan kepada kesetiaan dan cinta
- Dalam situasi perang membela agama Allah, bahkan dusta di sini wajib hukumnya.
Ciputat, 28 Maret 2010
Drs. H. Djedjen Zainuddin
0817732580
Tidak ada komentar:
Posting Komentar