Rabu, 20 November 2013

JUJUR

Kajian Akhlaq;
JUJUR
Satunya hati, lisan dan perbuatan dalam kebenaran

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. At- Taubah: 119)

Arti Jujur
Jujur adalah pemberitahuan seseorang atas apa- apa yang ia yakini benarnya. Pemberitahuan ini meliputi setiap yang menunjukkan kepada yang dimaksud, baik berupa perkataan maupun tindakan seperti menulis dan menunjuk. Jujur juga dapat diartikan kesesuaian antara hati dan lisan yang memberitakannya. Ketika salah satu syarat kesesuaian itu tidak ada maka tidak disebut jujur yang sebenarnya.
Lawan jujur adalah dusta, yaitu pemberitahuan seseorang atas apa- apa yang ia yakini tidak sebenarnya.

Perintah Untuk Jujur
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى الى الْبِرِّ وَاِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى الى الجْنَةَّ ِوَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عندالله صِدِّيْقًا. وَاِيَّاكُمْ والْكَذِبَ فَاِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى الى الْفُجُوْرِ واِن الْفُجُوْرَ يَهْدِى الى النَّارِ وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرِّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ كَذَّابًا. رواه البخارى ومسلم
Hendaklah kalian jujur, sebab jujur itu menuntun kepada kebajikan, dan kebajikan itu menuntun ke syurga. Seorang manusia tak henti- hentinya bersikap jujur dan mengharapkan jujur, akhirnya ia dicatat di sisi Allah SWT sebagai orang jujur. Jauhilah sifat dusta, sebab dusta itu menuntun kepada keburukan, dan keburukan itu menuntun ke neraka. Seorang manusia tak henti- hentinya berdusta dan mengharapkan dusta, akhirnya dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)

Jujur Dalam Mendidik Anak
            Islam menekankan untuk mendidik dan menanamkan sifat jujur kepada anak- anak sejak dini hingga ia tumbuh menjadi orang yang jujur. Sebab jika ia dididik dusta, ia tak akan pernah tahu nilai kejujuran dan kebenaran setelah dewasa.
Dari Abdullah bin Amir berkata: “Suatu hari ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah SAW sedang duduk di rumah kami: ‘Sini Abdullah, aku mau memberimu’. Rasul SAW bertanya kepada ibuku: Apa yang hendak kau berikan kepada anakmu ?’ Ibu menjawab: ‘Aku mau memberinya kurma’. Maka Rasulullah SAW berkata kepad ibuku: ‘Jika kamu tidak memberinya sesuatu, dicatatlah dusta bagimu” (HR. Ahmad)

Jujur Dalam Bercanda
            Islam membolehkan siapapun untuk bercanda dan tidak menyukai bermuka murung dan kecut. Namun Islam melarang dusta sebagai sarana untuk bercanda. Bahkan Rasulullah SAW adalah orang yang suka bercanda dengan siapapun, sehingga para sahabat heran dan bertanya: “Ya Rasulallah, engkau bercanda kepada kami ?” Beliau menjawab: “Sesuangguhnya aku tidak berkata kecuali perkataan yang benar” (HR. Bukhari). Dalam riwayat lain : “Sesungguhnya aku bercanda, sedangkan aku tidak berkata kecuali yang benar.”

Jujur Dalam Menyanjung
            Manusia sering menyanjung seseorang mengarah kepada dusta, kemunafikan dan lain- lain, apalagi bila yang disanjug itu adalah orang yang dianggap lebih tinggi kedudukannya, orang yang lebih kaya, orang yang berkuasa dll. Pada umumnya kata- kata sanjungan sering tidak menunjukkan apa yang sebenarnya, tetapi melebih- lebihkan dari kenyataan, sehingga dapat menyebabkan orang yang disanjung menjadi sombong dan ujub. Sebaiknya tidak demikian, karena sanjungan yang tidak benar adalah perbuatan penjilat. Terlebih bila sanjungan yang bagus itu diberikan atas perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang lain, sehingga orang yang disanjung merasa bangga dengan perbuatan buruknya.
Dari Abdurrahman bin Abu Bakarah dari bapaknya berkata: Seorang lelaki menyanjung lelaki lain di samping Nabi SAW. Maka Nabi SAW berkata berkali- kali: “Celaka kamu, kamu sudah mematahkan leher temanmu, celaka kamu, kamu sudah mematahkan leher temanmu. Siapa diantara kamu memuji saudaranya, maka mesti berkata : ‘Aku hanya mengira si Fulan itu begitu, sedangkan Allah Yang Maha Tahu hakikat amalannya.” (HR. Bukhari)
            Dari Abu Mar’amar berkata: Seorang lelaki menyanjung salah seorang amir. Kemudian Miqdad menaburkan tanah ke muka lelaki itu, lalu Miqdad berkata: Rasulullah SAW menyuruh kami agar menaburkan tanah ke muka orang yang menyanjung” (HR. Muslim)

Bentuk- Bentuk Jujur
  1. Jujur terpuji
a.       Jujur dalam niat
b.      Jujur dalam perkataan
c.       Jujur dalam perbuatan
  1. Jujur tercela
a.       Mengumpat (menceritakan keburukan orang lain)
b.      Menghasut

Faedah Jujur
  1. Mendapat pahala dan derajat yang tinggi dari Allah SWT
  2. Membawa berkah dalam hidup
  3. Menghilangkan kebingungan dan menyelamatkan dari bencana
  4. Meraih tingkatan orang yang syahid

            Dari Ubadah bin Ash-Shamit Nabi SAW bersabda: “Tetapkan bagiku enam jaminan dari diri kalian, maka aku jamin kalian dengan surga:
  1. Jujurlah jika kalian bicara
  2. Tepatilah jika kalian berjanji
  3. Tunaikan jika kalian diberi amanah
  4. Peliharalah kemaluan kalian
  5. Tundukan pandangan kalian
  6. Tahanlah tangan kalian

Dusta Yang Dibolehkan
            Ada beberapa macam dusta yang dibolehkan agama, yaitu:
  1. Ketika mendamaikan dua orang yang bermusuhan
  2. Diantara suami isteri yang menunjukkan kepada kesetiaan dan cinta
  3. Dalam situasi perang membela agama Allah, bahkan dusta di sini wajib hukumnya.

Ciputat, 28 Maret 2010
Drs. H. Djedjen Zainuddin
0817732580

Tidak ada komentar:

Posting Komentar