Kamis, 21 November 2013

SILATURRAHIM

SHILATURRAHIM

    

 Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An- Nisa: 1)
Nabi SAW bersabda: “Tidak ada perbuatan kebaikan yang lebih cepat pahalanya daripada menghubungi keluarga dan tiada dosa yang layak disegerakan pembalasannya didunia diamping siksanya kelak diakhirat kecuali memutuskan hubungan kekeluargaan dan berlaku zalim aniaya." HR. Ibnu Majah

Arti Silaturahmi dan Silaturahim, Berbeda

Arti silaturahmi ternyata sangat berbeda dengan arti silaturahim. Susunan hurufnya hampir sama. Perbedaannnya hanya ada pada akhiran yang ada pada huruf mim. Namun ternyata  ini bisa menjadikan arti yang berbeda.
Kata silaturahmi berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah (tulisan yang sebenarnya: shilah)artinya menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika melahirkan. Jadi arti silaturahmi adalah menyambungkan rasa nyeri ketika melahirkan. Sedangkan  silaturrahim berasal dari kata silah dan rahim. Silah artinya menyambungkan dan rahim berarti rasa kasih sayang.
Maka ungkapan silaturrahim menjadi silaturrahmi adalah ungkapan yang salah kaprah yang terlanjur diterima masyarakat luas sebagai sebuah kebenaran. Memang susah untuk diluruskan. karena bahasa dan dialek serta artikulasi sangat erat kaitannya dengan budaya setempat. Sedangkan ” asosiasi kata rahim dalam bahasa kita  berarti kandungan. Kata Rohim justru jarang di ucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karenamya mari kita biasakan untuk mengucapkan: SILATURRAHIM bukan SILATURRAHMI

Bentuk- Bentuk Silaturrahim
Seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia, maka bentuk silaturrahim pun mengalami perkembangan pula. Antara lain sebagai berikut:
1.      Kunjungan langsung. Bentuk silaturrahim seperti ini adalah yang paling afdhal karena dapat berhubungan langsung baik jasmani maupun rohaninya, kedua belah pihak berhadapan langsung tanpa ada ruang penyekat diantara keduanya. Segala perasaan dapat diekspresikan lewat pertemuan langsung
2.      Melalui telephon, yakni silaturrahim jarak jauh tanpa harus berhadapan secara langsung.
3.      Melalui surat
4.      Titipan salam melalui pihak ke tiga
5.      Titipan bingkisan/ oleh- oleh/ hadiah melalui pihak ke tiga
6.      Melalui media elektronik audio visual
Semua bentuk silaturrahim di atas adalah baik, tetapi yang terbaik adalah silaturrahim secara langsung

Manfaat Silaturahim

Bersilaturahim itu termasuk amalan mulia yang berpahala besar. Ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada sesama manusia, tetapi juga pada dunia fauna dan flora serta mahluk jin. Hanya dengan syaitan kita tidak boleh bersilaturahim. Bahkan terhadap orang-orang muslim yang sudah wafat pun, Rasulullah SAW tetap menyuruh kita untuk terus menjalin silaturahim, yaitu dengan menziarahi kuburannya, mendoakannya dan atau berbuat baik kepada teman-teman dekat mereka yang masih hidup. “Ziarah kubur adalah Sunnah Rasulullah SAW. Ziarah juga adalah cara kita untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita,”
Dalam hal bersilaturrahim misalnya kita bisa mencontoh semut dan lebah. Semut binatang kecil pemakan gula tapi tidak pernah sakit gula (diabetes). Resepnya, pertama karena semut senang bersilaturrahim. Tengoklah setiap berpapasan antara sesama semut sejenis mereka saling “bersalaman” yang terlihat dari kedua kepalanya saling ketemu. Kedua, bila seekor semut menemukan rezeki, mereka tidak mau makan sendiri tapi memberi tahu semut-semut lainnya. Setelah berkumpul, baru makanan itu mereka bawa kesatu tempat dan dinikmati bersama. Demikian juga lebah. “Lebah sangat disiplin dan mengenal pembagian kerja yang sangat baik. Sarangnya dibangun berbentuk segi enam, yang telah terbukti sangat ekonomis dan kuat dibandingkan bila segi empat atau lima”. Menurut penyelidikan setiap sarang lebah dihuni oleh kurang lebih 90.000 ekor lebah. Karena masing-masing mentaati aturan mereka bisa hidup rukun dan tidak pernah terjadi perkelahian
Diantara manfaat atau hikmah silaturrahim adalah:
1. Mendapatkan ridho Allah SWT.
2. Membuat orang yang dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia.”
3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahim
4. Disenangi oleh manusia.
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia.
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.
Nabi SAW bersabda
مَنْ اَحَبَّ اَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَاَنْ يُنْسَأَلَهُ فِى اَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. رواه البخارى ومسلم
“Siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dikenang kebaikannya, hedaklah bershilaturrahim.” (HR Bukhari Muslim)
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

 

 

Larangan Memutuskan Tali Silaturrahim
Tali kekerabatan harus selalu rapat dan erat. Beragam gejala yang berpotensi merenggangkannya mesti diantisipasi dengan cepat, supaya keharmonisan hubungan tetap terjaga, kuat lagi hangat. Semua anggota kerabat akan menikmati rahmat dari Allâh Ta'âla lantaran menjunjung tinggi tali silaturrahim yang sangat ditekankan oleh syariat.
Sebaliknya, ketidakpedulian terhadap hubungan kekerabatan akan dapat menimbulkan dampak negatif. Tali silaturrahim lambat laun akan mengalami perenggangan. Pemutusan tali silaturrahim berdampak mengikis solidaritas, mengundang laknat, menghambat curahan rahmat dan menumbuhkan egoisme. Sering terdengar di masyarakat banyaknya kasus putusnya tali silaturrahim dengan berbagai bentuknya. Terhadap pemutusan silaturrahim ini, Islam sangat tegas ancamannya.
Allâh Ta'âla berfirman:
Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.  (QS Muhammad:22-23)

Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim.”  (HR Bukhari  dan Muslim)

Banyak faktor yang dapat menyulut terjadinya pemutusan tali silaturrahim. Namun ketidaktahuan seseorang tentang itu, membuatnya terjerumus dalam kesalahan.
            Anjuran untuk membina tali silaturrahim sangat jelas. Sebagaimana diterangkan Ibnul Atsir rahimahullâh, silaturrahim merupakan cerminan berbuat baik kepada keluarga dekat, berlemah-lembut kepada mereka dan memperhatikan keadaan mereka. Memutuskan tali silaturrahim merupakan tindakan yang berlawanan dengan itu semua.
Fenomena pemutusan tali silaturrahim sering terdengar di tengah masyarakat, terutama akhir-akhir ini, saat materialisme mendominasi. Saling mengunjungi dan menasihati sudah dalam titik yang memprihatinkan. Hak keluarga yang satu ini sudah terabaikan, tidak mendapatkan perhatian yang semestinya. Padahal jarak sudah bukan lagi menjadi halangan di era kemajuan teknologi informasi. Bentuk-bentuk pemutusan silaturrahim yang muncul di tengah masyarakat diantaranya :
1.      Tidak adanya kunjungan kepada sanak keluarganya dalam jangka waktu yang panjang, tidak memberi hadiah, tidak berusaha merebut hati keluarganya, tidak membantu menutupi kebutuhan atau mengatasi penderitaan kerabatnya. Yang terjadi, justru menyakiti kerabatnya dengan ucapan atau perbuatan.
2.      Tidak pernah menghidupkan spirit senasib dan sepenanggungan dalam kegembiraan maupun kesusahan. Malah orang lain yang dikedepankan daripada membantu keluarga dekatnya
3.      Lebih sering menghabiskan waktu dakwahnya kepada orang lain daripada sibuk dengan keluarga sendiri. Padahal, mereka lebih berhak mendapat kan kebaikan.
4.      Ada juga orang yang mau menjalin tali silaturrahim, jika keluarganya menyambung silaturrahim dengannya. Tapi ia akan mengurainya, jika mereka memutuskannya


Drs H. Djedjen Zainuddin
Jakarta, 16 Oktober 2011
                                                                                                Pengajian Ahad Pagi
                                                                                                MT. Nurul Iman Kementan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar