SHILATURRAHIM
“Hai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan
dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An- Nisa: 1)
Nabi SAW bersabda: “Tidak ada perbuatan kebaikan
yang lebih cepat pahalanya daripada menghubungi keluarga dan tiada dosa yang
layak disegerakan pembalasannya didunia diamping siksanya kelak diakhirat kecuali
memutuskan hubungan kekeluargaan dan berlaku zalim aniaya." HR. Ibnu
Majah
Arti Silaturahmi dan Silaturahim, Berbeda
Arti silaturahmi
ternyata sangat berbeda dengan arti silaturahim. Susunan hurufnya hampir
sama. Perbedaannnya hanya ada pada akhiran yang ada pada huruf mim. Namun ternyata ini bisa menjadikan arti
yang berbeda.
Kata
silaturahmi berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah (tulisan yang sebenarnya: shilah)artinya
menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika
melahirkan. Jadi arti silaturahmi adalah menyambungkan rasa nyeri ketika
melahirkan. Sedangkan silaturrahim berasal dari kata silah dan rahim. Silah artinya
menyambungkan dan rahim berarti rasa kasih sayang.
Maka ungkapan silaturrahim
menjadi silaturrahmi adalah ungkapan yang salah kaprah yang terlanjur diterima
masyarakat luas sebagai sebuah kebenaran. Memang susah untuk diluruskan. karena bahasa dan dialek serta artikulasi sangat
erat kaitannya dengan budaya setempat. Sedangkan ” asosiasi
kata rahim dalam bahasa kita berarti kandungan.
Kata Rohim justru jarang di ucapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Karenamya mari kita
biasakan untuk mengucapkan: SILATURRAHIM bukan SILATURRAHMI
Bentuk- Bentuk Silaturrahim
Seiring dengan
berkembangnya kehidupan manusia, maka bentuk silaturrahim pun mengalami
perkembangan pula. Antara lain sebagai berikut:
1.
Kunjungan langsung. Bentuk silaturrahim seperti ini
adalah yang paling afdhal karena dapat berhubungan langsung baik jasmani maupun
rohaninya, kedua belah pihak berhadapan langsung tanpa ada ruang penyekat
diantara keduanya. Segala perasaan dapat diekspresikan lewat pertemuan langsung
2.
Melalui telephon, yakni silaturrahim jarak jauh tanpa
harus berhadapan secara langsung.
3.
Melalui surat
4.
Titipan salam melalui pihak ke tiga
5.
Titipan bingkisan/ oleh- oleh/ hadiah melalui pihak ke
tiga
6.
Melalui media elektronik audio visual
Semua bentuk silaturrahim
di atas adalah baik, tetapi yang terbaik adalah silaturrahim secara langsung
Manfaat Silaturahim
Bersilaturahim itu termasuk amalan mulia yang
berpahala besar. Ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada sesama manusia,
tetapi juga pada dunia fauna dan flora serta mahluk jin. Hanya dengan syaitan
kita tidak boleh bersilaturahim. Bahkan terhadap orang-orang muslim yang sudah
wafat pun, Rasulullah SAW tetap menyuruh kita untuk terus menjalin silaturahim,
yaitu dengan menziarahi kuburannya, mendoakannya dan atau berbuat baik kepada
teman-teman dekat mereka yang masih hidup. “Ziarah kubur adalah Sunnah
Rasulullah SAW. Ziarah juga adalah cara kita untuk mendoakan orang-orang yang
telah mendahului kita,”
Dalam hal bersilaturrahim misalnya kita bisa mencontoh semut dan lebah.
Semut binatang kecil pemakan gula tapi tidak pernah sakit gula (diabetes).
Resepnya, pertama karena semut senang bersilaturrahim. Tengoklah setiap berpapasan antara sesama
semut sejenis mereka saling “bersalaman” yang terlihat dari kedua kepalanya
saling ketemu. Kedua, bila seekor semut menemukan rezeki, mereka tidak mau
makan sendiri tapi memberi tahu semut-semut lainnya. Setelah berkumpul, baru
makanan itu mereka bawa kesatu tempat dan dinikmati bersama. Demikian juga
lebah. “Lebah sangat disiplin dan mengenal pembagian kerja yang sangat baik.
Sarangnya dibangun berbentuk segi enam, yang telah terbukti sangat ekonomis dan
kuat dibandingkan bila segi empat atau lima”. Menurut penyelidikan setiap
sarang lebah dihuni oleh kurang lebih 90.000 ekor lebah. Karena masing-masing
mentaati aturan mereka bisa hidup rukun dan tidak pernah terjadi perkelahian
Diantara manfaat atau hikmah silaturrahim adalah:
1. Mendapatkan ridho Allah SWT.
2. Membuat orang yang dikunjungi berbahagia.
Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Amal yang paling utama adalah
membuat seseorang berbahagia.”
3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga
sangat senang bersilaturahim
4. Disenangi oleh manusia.
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia.
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.
Nabi SAW bersabda
مَنْ اَحَبَّ اَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَاَنْ يُنْسَأَلَهُ فِى اَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. رواه البخارى ومسلم
“Siapa
yang ingin diluaskan rizkinya dan dikenang kebaikannya, hedaklah
bershilaturrahim.” (HR Bukhari Muslim)
8. Membuat senang orang
yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup,
namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang
ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama,
meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat
tali persaudaraan dan persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena
kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga
membuat orang lain selalu mendoakannya.
Larangan Memutuskan Tali Silaturrahim
Tali kekerabatan harus selalu rapat dan erat.
Beragam gejala yang berpotensi merenggangkannya mesti diantisipasi dengan
cepat, supaya keharmonisan hubungan tetap terjaga, kuat lagi hangat. Semua
anggota kerabat akan menikmati rahmat dari Allâh Ta'âla lantaran menjunjung
tinggi tali silaturrahim yang sangat ditekankan oleh syariat.
Sebaliknya, ketidakpedulian terhadap hubungan
kekerabatan akan dapat menimbulkan dampak negatif. Tali silaturrahim lambat laun akan mengalami
perenggangan. Pemutusan tali silaturrahim berdampak mengikis solidaritas,
mengundang laknat, menghambat curahan rahmat dan menumbuhkan egoisme. Sering
terdengar di masyarakat banyaknya kasus putusnya tali silaturrahim dengan
berbagai bentuknya. Terhadap pemutusan silaturrahim ini, Islam sangat tegas
ancamannya.
Allâh Ta'âla berfirman:
Maka
Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya
telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS Muhammad:22-23)
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk surga
orang yang memutuskan silaturrahim.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Banyak faktor yang dapat menyulut terjadinya
pemutusan tali silaturrahim. Namun ketidaktahuan seseorang tentang itu,
membuatnya terjerumus dalam kesalahan.
Anjuran untuk
membina tali silaturrahim sangat jelas. Sebagaimana diterangkan Ibnul Atsir rahimahullâh,
silaturrahim merupakan cerminan berbuat baik kepada keluarga dekat,
berlemah-lembut kepada mereka dan memperhatikan keadaan mereka. Memutuskan tali
silaturrahim merupakan tindakan yang berlawanan dengan itu semua.
Fenomena pemutusan tali silaturrahim sering
terdengar di tengah masyarakat, terutama akhir-akhir ini, saat materialisme
mendominasi. Saling mengunjungi dan menasihati sudah dalam titik yang
memprihatinkan. Hak keluarga yang satu ini sudah terabaikan, tidak mendapatkan
perhatian yang semestinya. Padahal jarak sudah bukan lagi menjadi halangan di
era kemajuan teknologi informasi. Bentuk-bentuk pemutusan silaturrahim yang
muncul di tengah masyarakat diantaranya :
1.
Tidak adanya kunjungan
kepada sanak keluarganya dalam jangka waktu yang panjang, tidak memberi hadiah,
tidak berusaha merebut hati keluarganya, tidak membantu menutupi kebutuhan atau
mengatasi penderitaan kerabatnya. Yang terjadi, justru menyakiti kerabatnya
dengan ucapan atau perbuatan.
2. Tidak pernah
menghidupkan spirit senasib dan sepenanggungan dalam kegembiraan maupun
kesusahan. Malah orang lain yang dikedepankan daripada membantu keluarga dekatnya
3.
Lebih sering menghabiskan waktu dakwahnya
kepada orang lain daripada sibuk dengan keluarga sendiri. Padahal, mereka lebih
berhak mendapat kan kebaikan.
4.
Ada juga orang yang mau menjalin tali
silaturrahim, jika keluarganya menyambung silaturrahim dengannya. Tapi ia akan
mengurainya, jika mereka memutuskannya
Drs H. Djedjen Zainuddin
Jakarta, 16 Oktober 2011
Pengajian
Ahad Pagi
MT.
Nurul Iman Kementan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar