Kajian
Akhlaq
WARA’ (وَرَعٌٌ)
Pengertian Wara’
Wara’ arrtinya :
“Menjauhkan diri dari dosa, ma’siyat dan perkara- perkara syubhat”.
Tentang perkara
syubhat, Rasulullah SAW bersabda
اَلْحَلاَلُ
بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا اُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ
لاَيَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اِسْتَبْرَأَ
لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى
يَرْعَ الْغَنَمَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشَكُ اَنْ َيَقعَ فِيْهِ
“Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada
hal- hal yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Oleh karena
itu, siapa yang menjaga diri dari syubhat, maka ia bersih bagi agama dan
kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus ke dalam syubhat, maka ia
terjerumus ke dalam yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembaklakan
kambingnya di sekitar tempat terlarang yang nyaris terperosok ke dalamnya.
Orang yang wara
itu sangat berhati- hati dalam bertindak, yaitu berhati- hati agar tidak
terjerumus ke dalam perbuatan- perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Wara
yang murni menurut Al- Faqih adalah menjaga mata dari yang haram, menjaga lidah
dari dusta dan bergunjing serta menjaga seluruh tubuh dari yang dilarang oleh
Allah SWT.
Ibrahim bin
Adham berkata: “Wara itu ada dua macam, yaitu wara’ wajib dan wara berhati-
hati. Wara wajib adalah wara’ dari ma’siyat kepada Allah Ta’ala dan wara
berhati- hati adalah wara dari hal- hal yang syubhat.”
Diriwayatkan
dari Umar bin Khattab, bahwasanya ketika ia dikirim minyak wangi dari Syam
dalam beberapa bejana, ia kemudian membagi- bagikannya kepada masyarakat dengan
menggunakan ciduk. Ia mempunyai anak yang berambut panjang, dimana setiap habis
satu bejana anaknya mengusapkan sisa minyak wangi ke rambutnya. Umar berkata
kepada anaknya: “Aku melihat rambutmu suka sekali dengan minyak wangi kepunyaan
kaum muslimin”. Anaknya lalu diajak ke tempat tukang cukur, dan setelah dicukur
seraya Umar berkata: “Ini lebih ringan dan lebih baik bagimu”
Tanda-
tanda Wara’
Tanda-
tanda wara’ itu adalah apabila seseorang menganggap sepuluh hal merupakan
kewajiban baginya. Sepuluh hal tersebut adalah:
1.
Menjaga lisan dari menggunjing,
karena Allah SWT berfirman
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. Al- Hujurat: 12)
2.
Menjauhkan diri dari prasangka
yang tidak baik. Allah SWT berfirman
“Wahai orang- orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa” (QS. Al- Hujrat:12)
Rasulullah SAW bersabda
اِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيْثِ
“ Jauhilah berprasangka, karena prasangka itu adalah sejelek-
jelek perkataan.”
3.
Menjauhkan
diri dari menghina orang lain. Firman Allah SWT
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi
yang direndahkan itu lebih baik. (QS. Al- Hujurat:
11)
4.
Memejamkan
mata dari segala yang diharamkan Allah SWT.
Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, “ (QS. An- Nur: 30)
5.
Berkata
benar.
dan apabila
kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah
kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (QS. Al-An’am: 152)
6.
Menyadari
ni’mat Allah yang dikaruniakan kepadanya, supaya tidak timbul rasa sombong
dalam dirinya.
Mereka merasa
telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah:
"Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu,
sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu
kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar."
(QS. Al-Hujurat: 17)
7.
Membelanjakan
hartanya dalam kebenaran dan bukan dalam kebatilan.
Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. (QS. Al-Furqan: 67)
8.
Tidak
bertindak sewenang- wenang dan tidak
sombong.
Negeri
akhirat[1140] itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang
baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS. Al-Qashash: 83)
9.
Menjaga
shalat yang lima
waktu.
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah)
shalat wusthaa[152]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (QS. Al-
Baqarah: 238)
Keterangan:
Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada
yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar.
Menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu
dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
10. Berpegang teguh pada sunnah dan
jama’ah.
Dan bahwa
(yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa. (QS.
Al-An’am: 153)
Keutamaan
Wara’
Rasulullah SAW bersabda
لَوْ
صَلَّيْتُمْ حَتَّى تَكُوْنُوْاكَالْحَنَايَا وَصُمْتُمْ حَتَّى تَكُوْنُوْاكَالْاَوْتَارِ
فَمَايَنْفَعُكُمْ اِلَّابِالْوَرَاعِ
“Seandainya
kamu mengerjakan shalat sampai kamu bungkuk dan kamu berpuasa sampai kamu kurus
seperti senar, maka tidak bermanfaat bagimu kecuali dengan wara’”
Abu Musa
Al- Asy’ari berkata: “Segala sesuatu itu ada batasnya, dan batas- batas Islam
itu adalah wara (hati- hati), tawadhu (rendah hati), syukur dan sabar. Wara’
itu merupakan puncak dari segala sesuatu, tawadhu itu merupakan bebas dari
kesombongan, sabar merupakan penyelamatan dari neraka dan syukur itu sarana
untuk mencapai syurga”.
Drs.
H. Djedjen Zainuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar