Kamis, 21 November 2013

WARA'


Kajian Akhlaq
WARA’  (وَرَعٌٌ)

Pengertian Wara’
Wara’ arrtinya : “Menjauhkan diri dari dosa, ma’siyat dan perkara- perkara syubhat”.
Tentang perkara syubhat, Rasulullah SAW bersabda
            اَلْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا اُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَيَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اِسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَ الْغَنَمَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشَكُ اَنْ َيَقعَ فِيْهِ
“Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada hal- hal yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Oleh karena itu, siapa yang menjaga diri dari syubhat, maka ia bersih bagi agama dan kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus ke dalam syubhat, maka ia terjerumus ke dalam yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembaklakan kambingnya di sekitar tempat terlarang yang nyaris terperosok ke dalamnya.
Orang yang wara itu sangat berhati- hati dalam bertindak, yaitu berhati- hati agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan- perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Wara yang murni menurut Al- Faqih adalah menjaga mata dari yang haram, menjaga lidah dari dusta dan bergunjing serta menjaga seluruh tubuh dari yang dilarang oleh Allah SWT.
Ibrahim bin Adham berkata: “Wara itu ada dua macam, yaitu wara’ wajib dan wara berhati- hati. Wara wajib adalah wara’ dari ma’siyat kepada Allah Ta’ala dan wara berhati- hati adalah wara dari hal- hal yang syubhat.”
Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, bahwasanya ketika ia dikirim minyak wangi dari Syam dalam beberapa bejana, ia kemudian membagi- bagikannya kepada masyarakat dengan menggunakan ciduk. Ia mempunyai anak yang berambut panjang, dimana setiap habis satu bejana anaknya mengusapkan sisa minyak wangi ke rambutnya. Umar berkata kepada anaknya: “Aku melihat rambutmu suka sekali dengan minyak wangi kepunyaan kaum muslimin”. Anaknya lalu diajak ke tempat tukang cukur, dan setelah dicukur seraya Umar berkata: “Ini lebih ringan dan lebih baik bagimu”

Tanda- tanda Wara’
            Tanda- tanda wara’ itu adalah apabila seseorang menganggap sepuluh hal merupakan kewajiban baginya. Sepuluh hal tersebut adalah:
1.      Menjaga lisan dari menggunjing, karena Allah SWT berfirman
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al- Hujurat: 12)

2.      Menjauhkan diri dari prasangka yang tidak baik. Allah SWT berfirman
 “Wahai orang- orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa” (QS. Al- Hujrat:12)
Rasulullah SAW bersabda
اِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيْثِ
“ Jauhilah berprasangka, karena prasangka itu adalah sejelek- jelek perkataan.”

3.      Menjauhkan diri dari menghina orang lain. Firman Allah SWT
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. (QS. Al- Hujurat: 11)

4.      Memejamkan mata dari segala yang diharamkan Allah SWT.
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya,(QS. An- Nur: 30)

5.      Berkata benar.
dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (QS. Al-An’am: 152)

6.      Menyadari ni’mat Allah yang dikaruniakan kepadanya, supaya tidak timbul rasa sombong dalam dirinya.
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat: 17)

7.      Membelanjakan hartanya dalam kebenaran dan bukan dalam kebatilan.
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqan: 67)

8.      Tidak bertindak sewenang- wenang dan  tidak sombong.
Negeri akhirat[1140] itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Qashash: 83)

9.      Menjaga shalat yang lima waktu.
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa[152]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.  (QS. Al- Baqarah: 238)

Keterangan: Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. Menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.


10.  Berpegang teguh pada sunnah dan jama’ah.
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’am: 153)


Keutamaan Wara’
Rasulullah SAW bersabda
لَوْ صَلَّيْتُمْ حَتَّى تَكُوْنُوْاكَالْحَنَايَا وَصُمْتُمْ حَتَّى تَكُوْنُوْاكَالْاَوْتَارِ فَمَايَنْفَعُكُمْ اِلَّابِالْوَرَاعِ
“Seandainya kamu mengerjakan shalat sampai kamu bungkuk dan kamu berpuasa sampai kamu kurus seperti senar, maka tidak bermanfaat bagimu kecuali dengan wara’”
            Abu Musa Al- Asy’ari berkata: “Segala sesuatu itu ada batasnya, dan batas- batas Islam itu adalah wara (hati- hati), tawadhu (rendah hati), syukur dan sabar. Wara’ itu merupakan puncak dari segala sesuatu, tawadhu itu merupakan bebas dari kesombongan, sabar merupakan penyelamatan dari neraka dan syukur itu sarana untuk mencapai syurga”.


                                                                                                Drs. H. Djedjen Zainuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar