Selasa, 19 November 2013

MENJAUHI DUSTA


Kajian Akhlaq;
MENJAUHI DUSTA


“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara DUSTA "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan KEBOHONGAN terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan KEBOHONGAN terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. An- Nahl: 116)

“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat DUSTA  terhadap Allah, mukanya menjadi hitam.” (QS. Az- Zumar: 60)



ARTI DUSTA
Dusta adalah pernyataan tentang sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dusta merupakan akhlak tercela lisan manusia, yang bersumber dari hati yang busuk. Dusta juga merupakan salah satu dari ciri- ciri perbuatan munafik, yaitu: Bila berkata dusta, bila berjanji tidak menepati dan bila diamanati berkhianat. Inti daripada sifat- sifat munafik tersebut di atas adalah: DUSTA
            Dusta dapat menjelmakan dirinya dalam bermacam- macam bentuk kedustaan, seperti kemunafikan, tamalluq, menyalahi janji, kesaksian palsu, cerita bohong dan lain- lain. Kata “An- Nifaqu” (kemunafikan) diambil dari kata Arab; “An- Nafiqa” yang artinya ialah salah satu liang binatang semacam tikus yang disembunyikan, sedangkan yang ditampakkan ialah liang yang lain, dengan maksud untuk menjaga keselamatan dirinya sewaktu ada bahaya mengancam. Karena itu, orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran disebut munafik. Ini termasuk dusta perbuatan.
Sedangkan tamalluq artinya bujukan, yaitu memuji- muji orang lain dengan pujian yang tidak diyakini kebenarannya sekedar untuk menyenangkan hati orang dengan harapan supaya memperoleh keuntungan darinya. Istilah lain dari tamalluq adalah “menjilat.”

AKIBAT DUSTA
Perbuatan dusta dapat menjerumuskan diri orang yang berdusta dan dapat mencelakakan orang lain. Artinya banyak sekali kejahatan yang ditimbulkan dari dusta/ bohong. Karenanya Islam menyebut bahwa dusta adalah “biang” kejahatan yang dapat menyeret pelakunya masuk neraka. Akibat- akibat dusta baik di dunia maupun di akhirat antara lain sebagai berikut:

1.   Dusta melahirkan perbuatan buruk atau kejahatan
Rasulullah SAW bersabda:
وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَاِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى اِلىَ الْفُجُوْرِ وَاِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى الى النَّارِ وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرِّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ كَذَّابًا. رواه البخارى ومسلم
Jauhilah sifat dusta, sebab dusta itu menyeret kepada keburukan, dan keburukan itu menyeret ke neraka. Seorang manusia tak henti- hentinya berdusta dan mengharapkan dusta, akhirnya dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)
Dusta itu akan melahirkan perbuatan buruk sebagimana hadits di atas. Bila seseorang berdusta, biasanya diiringi dengan dusta yang ke dua untuk menutupi dusta sebelumnya, dan seterusnya akan terus berdusta, sampai ahirnya mengantarkan dirinya masuk neraka.

2.   Celaka di dunia dan adzab di akhirat
Rasulullah SAW bersabda:

وَيْلٌ لِمَنْ يَكْذِبُ لِيَضْحَكَ بِهِ النَّاسُ وَيْلٌ لَهُ  وَيْلٌ لَهُ  وَيْلٌ لَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Celaka bagi orang yang berdusta agar dengan dustanya itu orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Nabi mengulanginya tiga kali”

3.   Dijauhi oleh para Malaikat
Nabi SAW bersabda

اِذَاكَذَبَ اْلعَبْدُ كِذْبَةً تَبَاعَدَعَنْهُ اْلمَلَكُ مِيْلاً مِنْ نَتْنِ مَاجَاءَ بِهِ
“Jika seorang hamba berdusta, maka Para malaikat menjauh drinya sejauh satu mil karena sangat busuk bauk perbuatannya itu.” (HR. At- Turmudzi dan Abu Na’im)
            Bila para malaikat menjauh dari kita, maka rahmat Allah pun akan jauh dari kita. Padahal rahmat Allah adalah pangkal untuk mendapatkan ridha dari-Nya

4.   Hilang kepercayaan
Orang yang suka berdusta tidak akan lagi dipercaya oleh orang lain. Bahkan pada saat ia berkata dengan benar sekalipun tak akan lagi dipercaya. Orang yang tak lagi dipercaya, akan mengalami kesulitan dalam hidup bermasyarakat. Pada saat seorang pendusta membutuhkan bantuan atau pertolongan orang lain dengan mengemukakan alasan berupa kesulitan yang dihadapinya, maka orang lain akan mengatakan bahwa alasan yang dikemukakannya adalah bohong. Mengembalikan kepercayaan yang hilang lebih sukar daripada membangun kepercayaan dari awal. Sebab yang tergambar dalam fikiran orang yang pernah dibohongi apalagi dihianati adalah keburukan yang ada pada diri orang yang berbohong.


Abdullah bin Mas’ud:
“Sebenar- benar perkataan adalah firman Allah, semuli- mulia perkataan adalah dzikrullah dan sejelek- jelek buta adalah buta hati. Sedikit yang mencukupi adalah lebih baik daripada banyak yang melalaikan. Sejelek- jelek penyesalan adalah penyesalan pada hari kiamat, sebaik- baik kaya adalah kaya jiwa dan sebaik- baik bekal adalah taqwa. Minuman keras adalah sumber dosa, perempuan adalah perangkap setan dan masa muda adalah sebagian dari gila. Seburuk- buruk penghasilan adalah penghasilan hasil riba dan sebesar- besar dosa adalah lidah yang berdusta.”



DUSTA YANG DIBOLEHKAN
Ada tiga macam dusta/ bohong yang dibolehkan, yaitu:
1.   Ketika mendamaikan dua orang yang bermusuhan
Nabi SAW bersabda
لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِىْ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ فَيُنَمِّى خَيْرًا اَوْ يَقُوْلُ خَيْرًا. رواه البخارى
"Bukan pendusta, yaitu orang yang mendamaikan permusuhan antara orang , lalu mengembangkan kebaikan atau mengatakan yang baik.” (HR. Al- Bukhari)

2.   Diantara suami isteri yang menunjukkan kepada kesetiaan dan cinta.
Ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi SAW: “Adakah dusta kepada isteri ?” Nabi menjawab: “Tak ada baiknya dusta itu”. Lelaki itu berkata lagi: “Aku sudah sering berkata dusta kepadanya.” Beliau bersabda: “Tidak masalah bagi kamu” (HR. Abdul Bir)


3.   Dalam situasi perang membela agama Allah, bahkan dusta di sini wajib hukumnya.
Diriwayatkan uleh Ummu Kultsum dari Rasulullah SAW; “Aku tak mendengar beliau membolehkan orang berkata dusta dalam hal apapun selain dalam tiga hal: Perang, mendamaikan antar orang dan perkataan suami pada isterinya serta perkataan isteri pada suaminya. “ (HR. Muslim)


PENUTUP
Janganlah ada dusta dalam kehidupan kita, terlebih bila sifat dusta itu menjadi penghias dalam hidup kita sehari- hari. Yang paling utama untuk menghilangkan kebiasaan berdusta adalah kesadaran kita, bahwa berdusta itu perbuatan yang sangat dibenci Allah. Sesuatu yang dibenci Allah SWT pasti tidak ada gunanya, dan bila kita melakukannya pasti berdosa dan berarti menjerumuskan kita ke jurang kebinasaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.  
Secara manusiawi, kita pasti tidak suka bila kita dibohongi, apalagi dihianati. Maka janganlah membohongi dan menghianati orang lain. Karenanya banyak- banyaklah kita beristighfar, bertasbih serta melakukan introspeksi, agar sikap dan perilaku kita semakin baik dan sempurna.
Janganlah kita dzalimi diri kita dengan dusta. Allah SWT berfirman
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan Dusta terhadap Allah sedang Dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS. As- Shaf: 7)
*****

                                                                       
                                                                                             Ciputat, 17 April 2011
                                                                                             Drs. H. Djedjen Zainuddin
                                                                                             
                                                                                             Pengajian Ahad Pagi
                                                                                             MT. Nurul Iman Kementan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar