Kajian Akhlaq;
MENJAUHI DUSTA
“Dan janganlah
kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara DUSTA
"Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan KEBOHONGAN terhadap
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan KEBOHONGAN terhadap Allah
tiadalah beruntung.”
(QS. An- Nahl: 116)
“Dan pada hari
kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat DUSTA terhadap Allah, mukanya menjadi hitam.” (QS. Az- Zumar: 60)
ARTI DUSTA
Dusta adalah pernyataan
tentang sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dusta
merupakan akhlak tercela lisan manusia, yang bersumber dari hati yang busuk.
Dusta juga merupakan salah satu dari ciri- ciri perbuatan munafik, yaitu: Bila berkata
dusta, bila berjanji tidak menepati dan bila diamanati berkhianat. Inti
daripada sifat- sifat munafik tersebut di atas adalah: DUSTA
Dusta dapat
menjelmakan dirinya dalam bermacam- macam bentuk kedustaan, seperti
kemunafikan, tamalluq, menyalahi janji, kesaksian palsu, cerita bohong dan
lain- lain. Kata “An- Nifaqu” (kemunafikan) diambil dari kata Arab; “An-
Nafiqa” yang artinya ialah salah satu liang binatang semacam tikus yang
disembunyikan, sedangkan yang ditampakkan ialah liang yang lain, dengan maksud
untuk menjaga keselamatan dirinya sewaktu ada bahaya mengancam. Karena itu,
orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran disebut munafik.
Ini termasuk dusta perbuatan.
Sedangkan
tamalluq artinya bujukan, yaitu memuji- muji orang lain dengan pujian yang
tidak diyakini kebenarannya sekedar untuk menyenangkan hati orang dengan
harapan supaya memperoleh keuntungan darinya. Istilah lain dari tamalluq adalah
“menjilat.”
AKIBAT DUSTA
Perbuatan dusta
dapat menjerumuskan diri orang yang berdusta dan dapat mencelakakan orang lain.
Artinya banyak sekali kejahatan yang ditimbulkan dari dusta/ bohong. Karenanya
Islam menyebut bahwa dusta adalah “biang” kejahatan yang dapat menyeret pelakunya
masuk neraka. Akibat- akibat dusta baik di dunia maupun di akhirat antara lain
sebagai berikut:
1.
Dusta
melahirkan perbuatan buruk atau kejahatan
Rasulullah
SAW bersabda:
وَاِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَاِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى اِلىَ
الْفُجُوْرِ وَاِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى الى النَّارِ وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرِّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ كَذَّابًا. رواه البخارى
ومسلم
Jauhilah sifat dusta, sebab dusta itu menyeret kepada keburukan,
dan keburukan itu menyeret ke neraka. Seorang manusia tak henti- hentinya
berdusta dan mengharapkan dusta, akhirnya dicatat di sisi Allah SWT sebagai
pendusta. (HR. Bukhari Muslim)
Dusta itu akan
melahirkan perbuatan buruk sebagimana hadits di atas. Bila seseorang berdusta,
biasanya diiringi dengan dusta yang ke dua untuk menutupi dusta sebelumnya, dan
seterusnya akan terus berdusta, sampai ahirnya mengantarkan dirinya masuk
neraka.
2.
Celaka di dunia dan adzab di akhirat
Rasulullah SAW bersabda:
وَيْلٌ لِمَنْ
يَكْذِبُ لِيَضْحَكَ بِهِ النَّاسُ وَيْلٌ لَهُ
وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ثَلاَثَ
مَرَّاتٍ
“Celaka bagi orang yang berdusta agar
dengan dustanya itu orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya, celaka
baginya. Nabi mengulanginya tiga kali”
3.
Dijauhi
oleh para Malaikat
Nabi
SAW bersabda
اِذَاكَذَبَ اْلعَبْدُ كِذْبَةً تَبَاعَدَعَنْهُ
اْلمَلَكُ مِيْلاً مِنْ نَتْنِ مَاجَاءَ بِهِ
“Jika
seorang hamba berdusta, maka Para malaikat menjauh drinya sejauh satu mil
karena sangat busuk bauk perbuatannya itu.” (HR. At-
Turmudzi dan Abu Na’im)
Bila para malaikat
menjauh dari kita, maka rahmat Allah pun akan jauh dari kita. Padahal rahmat
Allah adalah pangkal untuk mendapatkan ridha dari-Nya
4.
Hilang
kepercayaan
Orang yang suka
berdusta tidak akan lagi dipercaya oleh orang lain. Bahkan pada saat ia berkata
dengan benar sekalipun tak akan lagi dipercaya. Orang yang tak lagi dipercaya,
akan mengalami kesulitan dalam hidup bermasyarakat. Pada saat seorang pendusta
membutuhkan bantuan atau pertolongan orang lain dengan mengemukakan alasan
berupa kesulitan yang dihadapinya, maka orang lain akan mengatakan bahwa alasan
yang dikemukakannya adalah bohong. Mengembalikan kepercayaan yang hilang lebih
sukar daripada membangun kepercayaan dari awal. Sebab yang tergambar dalam
fikiran orang yang pernah dibohongi apalagi dihianati adalah keburukan yang ada
pada diri orang yang berbohong.
Abdullah bin Mas’ud:
“Sebenar- benar perkataan adalah firman Allah,
semuli- mulia perkataan adalah dzikrullah dan sejelek- jelek buta adalah buta
hati. Sedikit yang mencukupi adalah lebih baik daripada banyak yang melalaikan.
Sejelek- jelek penyesalan adalah penyesalan pada hari kiamat, sebaik- baik kaya
adalah kaya jiwa dan sebaik- baik bekal adalah taqwa. Minuman keras adalah
sumber dosa, perempuan adalah perangkap setan dan masa muda adalah sebagian
dari gila. Seburuk- buruk penghasilan adalah penghasilan hasil riba dan
sebesar- besar dosa adalah lidah yang berdusta.”
DUSTA YANG DIBOLEHKAN
Ada tiga macam dusta/ bohong yang dibolehkan, yaitu:
1.
Ketika
mendamaikan dua orang yang bermusuhan
Nabi SAW
bersabda
لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِىْ يُصْلِحُ بَيْنَ
النَّاسِ فَيُنَمِّى خَيْرًا اَوْ يَقُوْلُ خَيْرًا. رواه البخارى
"Bukan
pendusta, yaitu orang yang mendamaikan permusuhan antara orang , lalu
mengembangkan kebaikan atau mengatakan yang baik.”
(HR. Al- Bukhari)
2.
Diantara
suami isteri yang menunjukkan kepada kesetiaan dan cinta.
Ada seorang
lelaki bertanya kepada Nabi SAW: “Adakah dusta kepada isteri ?” Nabi menjawab:
“Tak ada baiknya dusta itu”. Lelaki itu berkata lagi: “Aku sudah sering berkata
dusta kepadanya.” Beliau bersabda: “Tidak masalah bagi kamu” (HR. Abdul Bir)
3.
Dalam
situasi perang membela agama Allah, bahkan dusta di sini wajib hukumnya.
Diriwayatkan
uleh Ummu Kultsum dari Rasulullah SAW; “Aku tak mendengar beliau membolehkan
orang berkata dusta dalam hal apapun selain dalam tiga hal: Perang, mendamaikan
antar orang dan perkataan suami pada isterinya serta perkataan isteri pada
suaminya. “ (HR. Muslim)
PENUTUP
Janganlah ada
dusta dalam kehidupan kita, terlebih bila sifat dusta itu menjadi penghias
dalam hidup kita sehari- hari. Yang paling utama untuk menghilangkan kebiasaan
berdusta adalah kesadaran kita, bahwa berdusta itu perbuatan yang sangat dibenci
Allah. Sesuatu yang dibenci Allah SWT pasti tidak ada gunanya, dan bila kita
melakukannya pasti berdosa dan berarti menjerumuskan kita ke jurang kebinasaan,
baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Secara
manusiawi, kita pasti tidak suka bila kita dibohongi, apalagi dihianati. Maka
janganlah membohongi dan menghianati orang lain. Karenanya banyak- banyaklah
kita beristighfar, bertasbih serta melakukan introspeksi, agar sikap dan
perilaku kita semakin baik dan sempurna.
Janganlah kita
dzalimi diri kita dengan dusta. Allah SWT berfirman
“Dan siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan Dusta terhadap Allah sedang
Dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
zalim.”
(QS. As- Shaf: 7)
*****
Ciputat,
17 April 2011
Drs. H. Djedjen Zainuddin
Pengajian
Ahad Pagi
MT.
Nurul Iman Kementan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar