Kajian Akhlaq;
QANA’AH DAN ZUHUD
من
كان يريدحرث الاخرة نزدله فى حرثه ومن كان يريد حرث الدنيا نؤته منهاوماله فى الاخرة
من نصيب. الشورى: 20
Siapa yang ingin tanaman akhirat,
maka Kami akan menambah tanamannya (hasilnya), dan siapa yang ingin (berusaha)
tanaman dunia, maka Kami akan memberi padanya, dan di akhirat tidak mendapat
bagian. (QS. Asy-Syura: 20)
كُنْ فِى الدُّنْيَاكَاَنَّكَ
غَرِيْبٌ اَوْعَابِرُسَبِيْلٍ.....
Jadilah kamu di dunia ini bagaikan orang asing atau orang
yang sedang melakukan perjalanan (merantau). HR.
Bukhari.
Qana’ah
Qana’ah artinya rela menerima apa yang menjadi bagiannya atau
miliknya serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dari hasil usahnya.
Sifat Qana’ah bukan berarti tidak ada usaha untuk meningkatkan apa yang telah
dicapainya, melainkan sikap rela hati menerima hasil usahanya dengan syukur dan
lapang dada. Nabi SAW bersabda:
قَدْاَفْلَحَ مَنْ اَسْلَمَ وَرَزَقَ كَفَافًاوَقَنَعَهُ الله ُبِمَااَتَاهُ.ْ رواه مسلم
Sungguh beruntung setiap orang yang berserah diri dan
rezekinya cukup dan qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang diberikan Allah
kepadanya. (HR. Muslim).
Qana’ah adalah sifat dasar seorang mu’min sebagai pengendali agar agar
tidak surut ke belakan (putus asa) dan juga tidak ambisius serta menaham diri
dari sikap agrsif yang negatif.
Qana’ah berfungsi sebagai stabilisator sekaligus
dinamisator. Dikatakan stabilisator karena
orang yang mempunyai sifat qana’ah selalu berlapang dada dan berhati tentram,
terhindar dari sifat tamak. Dikatakan dinamisator karena merupakan kekuatan
bathiniyah yang mendorong seseorang untuk meraih kemajuan hidup berlandaskan
kemampuan diri pribadi serta tergantung kepada karunia Allah semata.
Qana’ah bukanlah sifat yang negatif, tetapi termasuk akhlakul mahmudah
(terpuji). Qana’ah dalam arti yang sebenarnya mengandung lima unsur:
1.
Menerima dengan rela apa yang telah ada
padanya
2.
Memohon kepada Allah tambahan yang pantas,
diseertai dengan usaha dan ikhtiar.
3.
Menerima dengan sabar ketentuan dari Allah
4.
Bertawakkal kepada Allah SWT
5.
Tidak tertipu oleh tipu daya kenikmatan dunia
yang merusak kebaikan dan kebenaran.
Posisi
Qana’ah adalah sebagaimana di bawah ini:
SIKAP
MUNDUR
NEGATIF
|
QANA’AH |
SIKAP
MAJU
NEGATIF
|
Frustrasi
Suka
mengeluh
Statis,malas,jumud
Masa
bodo
Resah
Pesimis
Kikir
Iri
|
Realistis
Menerima
apa adanya
Dinamis
Bersemangat
Tenang,
stabil jiwanya
Optimis
Dermawan
Syukur
ni’mat,tawakkal
|
Berangan-
angan
Serakah,
tamak
Labil/
meledak- ledak
Pemburu
dunia
Ambisius negatif
Tanpa
perhitungan
Pemboros
Kufur
ni’mat
|
Zuhud
Zuhud artinya “meninggalkan” atau “tidak menyukai”. Yaitu
tidak menyukai atau tidak berhasrat terhadap keduniaan karena lebih cinta
kepada kehidupan akhirat. Hakikat dari pengertian zuhud ialah menyingkirkan
apa- apa yang mestinya disenangi dan diingini oleh hati, karena menurut
keyakinannya ada sesuatu yang lebih baik dari apa yang disingkirkannya tadi.
Sikap zuhud ini harus timbul dan didorong oleh keimanan yang kuat serta
keinginan yang besar terhadap kehidupan yang lebih baik dan lebih kekal dalam
pandangan Allah.
وماهذه الحياة الدنياالا لهوولعب وان الدارالاخرة لهي
الحيوان لوكانوايعلمون. العنكبوت: 64
Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau
dan main- main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau
mereka mengetahui. QS. Al-‘Ankabut: 64
Orang yang melakukan zuhud itu dalam hatinya harus mempunyai sifat sbb:
1.
Tidak gembira dengan sesuatu yang ada di
sisinya dan tidak susah karena yang tidak ada.
2.
Sama perasaannya dalam menghadapi orang yang
memuji atau yang mencela. Artinya ketika ada yang memujinya ia tidak takabur
dan ketika ada orang yang mencelanya tidak susah.
3.
Wajib merasa puas ketika menghadapi Allah
dengan segenap hatinya, karena merasa lezat ketika taqarrub/ dekat kepada Allah
SWT.
Dalam sebuah hadits dikatakan (artinya):
“Ibnu Abbas bin Sa’d As- Saidi RA berkata: Seseorang
datang kepada Nabi dan berkata: “Ya Rasulallah, tunjukkanlah kepada saya amal
perbuatan yang apabila saya kerjakan disukai Allah dan manusia.” Nabi menjawab:
“Berzuhudlah dalam hal keduniaan, tentu engkau dicintai Allah, dan berzuhudlah
dari apa yang ada di tangan manusia (yakni apa yang telah dimiliki orang lain),
tentu engkau dicintai oleh manusia.” (HR. Ibnu Majah)
Zuhud yang paling baik adalah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Kehidupan Nabi SAW sangat sederhana, bahkan lebih sederhana dari para
sahabatnya. Hal itu bukan berarti Rasulullah tidak mampu untuk menjadi orang
kaya. Banyak sahabat yang menawarkan hartanya untuk Rasulullah, tapi beliau
menolaknya, karena Rasulullah tidak suka dengan kehidupan yang mewah. Waktu
Rasulullah SAW wafat tidak meninggalkan warisan harta sebagaimana layaknya
seorang raja/ kepala negara.
Pada dasarnya hidup zuhud itu bertujuan untuk meningkatkan kualtas
kepribadian dan keimanan kepada Allah SWT. Karena dengan hidup zuhud berarti
seseorang tidak diperbudak oleh duniawi dan hidupnya selalu berorientasi kepada
kehidupan Al-Qur’an
Berusaha keras dan menyerah penuh kepada Alla lalu menerima takdirnya dengan penuh Redha.
BalasHapusSyukran. Jazakalla
BalasHapusSyukran. Jazakalla
BalasHapus